Hari Ketiga, DKP Kota Kediri Latih Kader Bank Sampah Kecamatan Mojoroto

Hari Ketiga, DKP Kota Kediri Latih Kader Bank Sampah Kecamatan Mojoroto Para kader bank sampah saat mempraktekkan mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos. foto: arif kurniawan/BANGSAONLINE

KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com – Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Kediri, di penghujung tahun ini menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) pengolahan sampah bagi pengurus Bank Sampah se-Kota Kediri, selama sepekan. Peserta Bimtek yang berjumlah 180 orang lebih itu dibagi tiga kelompok. Tiap kelompok mengikuti kegiatan Bimtek selama dua hari.

Memasuki hari ketiga, giliran pengurus bank sampah yang berada di Kecamata Mojoroto, Kota Kediri yang diberi Bimtek. Mereka dibekali teori atau materi tentang bagaimana mengelola sampah dengan baik dan benar. Selain itu, para peserta juga diajari membuat kerajinan tangan yang berbahan baku dari sampah.

”Di hari ke tiga ini sampai hari ke empat nanti, giliran kelompok pengurus bank sampah dari Kecamatan Kota. Materinya sama yakni pelatihan mengenai daur ulang dan pengomposan. Dengan begitu usai mengikuti Bimtek mereka bisa langsung mempraktekannya di rumahnya masing-masing,“ kata Kepala Bidang Kebersihan DKP Kota Kediri, Endang Kartikasari, Rabu, (25/11).

Endang mengatakan, Bimtek ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pemisahan sampah organik dan anorganik. Supaya sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali. “Contohnya, kalau sampah anorganik bisa dibuat kerajinan tangan pembuatan tas dari limbah plastik. Sedangkan, organik bisa dibuat pupuk," kata Endang lebih lanjut.

Hanya saja, dijelaskan Endang, tidak semua sampah rumah tangga bisa dibuat kompos. Sampah yang berasal dari dapur, misalnya seperti kulit buah, sisa sayur, sisa buah, sisa makanan dan sampah kebun seperti dedaunan, dan rumput, yang dapat dijadikan kompos.

“Sampah di perumahan, dapat dikelompokkan menjadi sampah rumah tangga dan sampah yang terserak di jalan-jalan. Daun-daun yang luruh dari pohon pelindung, jika setiap hari tidak disapu tentu mengotori jalan,“ terangnya.

Pengolahan sampah dengan cara seperti membakar atau mengubur, kata Endang, ternyata bukan cara yang efektif, karena Undang-Undang soal persampahan juga melarangnya. Kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah kini sudah kritis, karena persoalan daya tampung dan polusi khususnya aromatik dan gas beracun.

“Untuk itulah, DKP menyelenggarakan Bimtek agar memotivasi lembaga dan masyarakat tentang mengelola sampah yang tepat. Melalui Bimtek diharapkan terbentuk kelompok masyarakat pengelola sampah, mengurangi pencemaran lingkungan, masyarakat bisa membuat pupuk kompos dan kebersihan kota terjaga,“ tandasnya.

Selain masyarakat, Dia menambahkan, lingkungan juga bisa mendapat lebih banyak keuntungan. Jika program konversi sampah menjadi kompos bisa dilaksanakan dengan maksimal, tentu sampah organik pun akan berkurang, penumpukan sampah organik yang biasa ditemui akan menghilang karena sampahnya telah diolah menjadi kompos. Hal ini tentunya dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

“Pembuatan kompos ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Kalau komposnya sudah dibuat, bisa dipakai sendiri untuk bercocook tanam. Tanaman bisa lebih subur dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Kalau tidak dipakai sendiri, bisa dijual kepada petani yang memerlukan pupuk. Karena harganya lebih murah peminatnya juga lebih banyak. Otomatis masyarakat yang membuat kompos bisa mendapat keuntungan,” kata Endnag. (rif/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO