Prihatin Konflik PBNU, Kiai Asep: Dulu Kiai Berebut Menolak Jadi Pengurus NU

Prihatin Konflik PBNU, Kiai Asep: Dulu Kiai Berebut Menolak Jadi Pengurus NU Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim saat menyampaikan tahshiyah dalam acara shalat malam dan istighatsah di PP Amanatul Ummah Surabaya, Rabu (26/11/2025) malam. Foto: Bangsaonline.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim menegaskan bahwa para kiai jaman dulu tak ada yang berebut jadi pengurus NU. Apalagi sampai melakukan riswah.

“Dulu para kiai rebutan menolak jadi pengurus NU,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam acara Shalat Malam dan Istighatsah di kediaman Ning Imah, salah seorang putrinya, di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Rabu (26/11/2025) malam.

Kiai Asep adalah putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU yang pada 10 November 2023 mendapat gelar pahlawan nasional. Sedangkan Kiai Abdul Chalim merupakan sahabat karib KH Abdul Wahab Hasbullah, inisiator sekaligus pendiri NU. Pada PBNU periode pertama, Kiai Abdul Chalim tercatat sebagai Katib Tsani Syuriah PBNU. Sedangkan Kiai Wahab Hasbullab Katib Awal Syuriah PBNU.

Kiai Asep mengaku sangat prihatin dan sedih menyaksikan konflik PBNU sampai ruwet seperti sekarang. Apalagi penyebabnya justru soal ekonomi dan rebutan jabatan.

“Ruwetnya sudah seperti ini. Hanya Allah yang bisa menyelesaikan,” kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu di depan puluhan kiai dan tokoh yang memenuhi ruangan lantai dua kediaman Ning Imah.

Kiai Asep tiap bulan rutin menggelar shalat malam berjemaah dan istighatsah untuk merespons dan mendoakan problem bangsa, termasuk konflik yang melanda PBNU sekarang.

“Semoga ke depan NU dipimpin oleh orang-orang baik seperti cita-cita muassis,” harap Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.

Kiai Asep bercerita, sebelum Muktamar NU di Lampung pada 2021, dirinya diundang dalam acara pertemuan kiai NU di Pondok Pesantren Asshodiqiyah Gayamsari Semarang Jawa Tengah.

Saat itu hadir KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus), KH Dimyati Rois, KH Miftachul Akhyar, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), KH Said Aqil Siraj, KH Asad Said Ali, dan kiai-kiai lainnya.

“Di depan para kiai-kiai itu saya menyampaikan bahwa saya baru datang dari suatu daerah. Saya katakan bahwa di daerah tersebut terjadi riswah besar-besaran,” tutur Kiai Asep.

Para kiai dalam rapat tersebut, tutur Kiai Asep, semua diam. Tak ada respons.

“Saat acara pertemuan itu selesai, saya keluar. Kiai Dimyati Rois mengejar saya. Beliau bilang pun ngoten,” kata Kiai Asep.

“Jadi saya sudah mengingatkan,” ujar kiai miliarder tapi dermawan itu.

“Sekarang jadinya seperti ini,” lanjut Kiai Asep.

Selain mendoakan NU, Kiai Asep dan para kiai juga mendoakan bangsa, terutama Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra, dan Bupati Serang Ratu Rochmatuzakiyah.

Acara shalat malam dan istighatsah itu diakhiri dengan doa yang dipimpin secara bergantian oleh Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, Prof Masdar Hilmi, Ph.D, Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk dan KH Abdi Manaf. Doa pamungkas dipimpin oleh Kiai Asep sendiri. (mma)