Para kiai dalam acara shalat malam dan istighatsah di kediaman salah seorang putrinya, Ning Imah, di Jalan Siwalankerto Utara, kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Selasa (4/11/2025) malam. Foto: MMA/bangsaonline
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, kembali mengundang ratusan kiai dan nyai dan tokoh masyarakat. Kiai Asep mengajak para kiai dan nyai itu istighatsah dan shalat malam sebanyak 12 rakaat sekaligus doa khusus, seperti yang diajarkan Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin di babun nawafil (bab shalat sunnah).
“Kata Imam Ghazali, shalat malam dan doa ini tak akan ditolak oleh Allah SWT. Addu'a alladzi laa yuraddu. Artinya selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Kalau shalat malam yang lain yang hanya dua rakaat lambat dikabulkan. Tapi untuk melaksanakan shalat ini memang malas karena 12 rakaat,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di depan ratusan kiai ddan nyai sesaat menjelang memimpin shalat malam dan istighatsah di kediaman salah seorang putrinya, Ning Imah, di Jalan Siwalankerto Utara, kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummat Surabaya, Selasa (4/11/2025) malam.
Menurut Kiai Asep, saking cepatnya doa ini terkabulkan, Imam Ghazali berpesan agar doa ini jangan diajarkan kepada sembarang orang. “Takut digunakan untuk maksiat. Karena untuk kepentingan maksiat pun doa ini dikabulkan,” jelas Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu di depan ratusan kiai dan nyai yang datang dari berbagai daerah.
Lalu untuk apa Kiai Asep mengumpulkan kiai istighatsah dan shalat malam 12 rakaat?
Pertama, untuk mendoakan KH Muhammad Yusuf Hasyim dan KH Abbas Abdul Jamil agar ditetapkan sebagai pahlawan pada 2025 ini.
“Kita sedang mengupayakan gelar pahlawan nasional. Kiai Muhammad Yusuf Hasyim untuk Jawa Timur dan Kiai Abbas Abdul Jamil untuk Jawa Barat,” ujar Kiai Asep yang memiliki puluhan ribu santri itu.
Kiai Asep berharap Kiai Muhammad Yusuf Hasyim dan Kiai Abbas ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 2025 ini karena jasa dua kiai itu sangat besar terhadap negara dan bangsa Indonesia.
“Kiai Abbas adalah kiai yang menentukan tanggal dan waktu penyerangan 10 November 1945. Saat itu Bung Tomo tanya kepada Kiai Hasyim Asy’ari, kapan kita menyerang. Jawab Kiai Hasyim Asy’ari, tunggu Kiai Abbas datang. Kiai Abbas datang ke Tebuireng tanggal 9 November 1945 lalu menentukan waktu dan tanggal penyerangan,” kata Kiai Asep yang popular sebagai kiai miliarder tapi dermawan.
Sedangkan perjuangan monumental Kiai Muhammad Yusuf Hasyim, tegas Kiai Asep, adalah saat merebut Garis Van Mook. Menurut Kiai Asep, Kiai Muhammad Yusuf Hasyim mampu merebut garis Van Mook yang sebelumnya dikuasai oleh Hindia Belanda.
“Garis Van Mook mulai dari Jombang hingga Surabaya dirobek-robek dan direbut oleh Kiai Muhammad Yusuf Hasyim,” tegas Kiai Asep sembari mengatakan bahwa Kiai Muhammad Yusuf Hasyim berjuang sejak usia 12 tahun karena keluarga Pesantren Tebuireng dikenal sebagai keluarga pejuang.
Garis Van Mook adalah perbatasan buatan yang memisahkan wilayah milik Belanda dan Indonesia. Saat itu banyak sekali wilayah di Jawa Timur dikuasi Hindia Belanda dengan dibatasi Garis Van Mook. Keberadaan Garis Van Mook tidak hanya merugikan Indonesia tapi juga penghinaan karena semakin mempersempit wilayah Indonesia.
Kedua, tegas Kiai Asep, istighatsah dan sahlat hajat 12 rakat ini untuk mendoakan Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra (Gus Bara).
“Agar Pak Prabowo, Ibu Khofifah Indar Parawansa dan Gus Bara selalu dalam bimbingan Allah SWT, selalu dalam petunjuk Allah SWT, sehingga bisa memimpin dengan adil dan bisa menyejaherakan rakyat serta terhindar dari gangguan orang-orang tidak bertanggungjawab,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, presiden dan kepala daerah (gubernur dan bupati) dibantu oleh para menteri dan kepala dinas. Tapi, kata Kiai Asep, pembantu itu ada dua kategori.
“Ada pembantu yang baik tapi ada pembantu yang menjerumuskan,” kata putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu.
Karena itu Kiai Asep mengajak para kiai untuk mendoakan Prabowo, Khofifah dan Gus Bara, agar terhindar dari orang-orang yang ingin mengganggu dan menjerumuskan. Menurut Kiai Asep, orang yang mau mengganggu dan menjerumuskan itu kita doakan agar tidak mengganggu dan menjerumuskan.
“Kalau tetap mengganggu kita minta keadilan Allah SWT,” kita Kiai Asep.
Ketiga, istihgatsah dan shalat hajat 12 rakaat ini untuk mendoakan diri kita sendiri. “Untuk terkabulnya hajat kita masing. Saat sujud kita tumpahkan hajat-hajat kita sebanyak-banyaknya, karena itu sujudnya agak lama,” kata Kiai Asep yang rutin shalat malam 12 rakaat plus shalat witir pada sepertiga malam menjelang shalat Subuh.
Sujudnya memang agak lama. Bahkan kadang mencapai 20 menit lebih. Sujud itu dilakukan setelah menyelesaikan shalat malam 12 rakaat. Saat sujud itulah Kiai Asep membaca doa yang dikuti para kiai atau Jemaah shalat malam. Saat sujud itu juga jemaah shalat malam menumpahkan hajat-hajatnya kepada Allah SWT.
Istighastah dan shalat malam 12 rakaat itu diakhiri doa yang dipimpin secara bergantian oleh para kiai yang ditunjuk Kiai Asep Saifuddin Challim. Antara lain oleh Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur Wonocolo Surabaya, Dr KH Ahmad Sujak, Kepala Badan Pengelola Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Prof Dr Masdar Hilmy, mantan Rektor UINSA Surabaya, Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk, ulama universitas Al Azhar Mesir yang bertugas di Amanatul Ummah.
Doa itu dipungkasi oleh Kiai Asep yang memakai Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.
Dalam acara itu hadir KH Riza Yusuf Hasyim (Gus Riza) dari Pesantren Tebuireng. Gus Riza adalah putra nomor dua KH Muhammad Yusuf Hasyim. Gus Riza juga cucu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, pendiri NU dan Pesantren Tebuireng yang dalam sejarah kemerdekaan RI disebut sebagai Bapak Ummat Islam.
Selain Gus Riza juga hadir Muhammad Tamzil Redhani dari BUMN SIG atau Semen Indonesia Beton yang dikenal dengan Semen Gresik.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE, Kiai Asep rutin menggelar shalat malam 12 rakaat dan istitghatsah bersama para kiai dari berbagai daerah Jawa Timur. Shalat malam 12 rakaat dan istitghatsah ini dieglar secara rutin tiap bulan untuk mendoakan negara Indonesia terutama para pemimpimya, baik nasional, regional maupun tingkat kabupaten dan kota.
Selain mendoakan para pemimpin, shalat malam 12 rakaat dan istigatsah ini juga untuk mendoakan diri sendiri jemaah masing-masing.







