
NGANJUK,BANGSAONLINE.com - Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk terus berupaya memperkenalkan benda sejarah koleksi Museum Anjuk Ladang.
Salah satunya melalui kajian museum sebagai bagian dari pengembangan dan peningkatan peran museum.
Museum Anjuk Ladang yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Nganjuk, berupaya meningkatkan statusnya dari tipe B menjadi tipe A.
Kepala Disporabudpar Nganjuk, Gunawan Widakdo mengatakan, warisan alam yang masih terjaga hingga kini merupakan bentuk peran serta dari generasi ke generasi berikutnya.
“Geopark prasejarah yang ada di dalamnya merupakan bagian dari arkeologi serta jejak peradaban manusia purba. Karena itu diperlukan kajian untuk menggali nilai manfaatnya, seperti konservasi guna melindungi dan menjaga keunikan geologi, hayati, dan budaya pada masa lampau,” ujarnya.
Menurut Gunawan, kajian juga dilakukan dengan menelaah berbagai benda purbakala yang tersimpan di Museum Anjuk Ladang.
Analisis diperlukan agar pengelolaan koleksi dapat lebih tepat sasaran.
“Saya terus melakukan upaya agar hasil kajian ini bisa memberikan manfaat, setidaknya menjadikan museum sebagai kebanggaan warga Nganjuk,” kata Gunawan kepada Harian Bangsa, Selasa (23/9/2025)
Gunawan menambahkan, saat ini Museum Anjuk Ladang masih dirasakan kurang luas. Banyak temuan belum dapat dipamerkan karena keterbatasan ruang.
Hal ini yang terus diupayakan agar museum dapat naik status dari tipe B ke tipe A, termasuk melalui rencana penambahan ruang atau pembangunan museum baru di kawasan Candi Lor.
“Benar ada dua alternatif yang rencananya akan dilakukan, yaitu memperbesar bangunan atau membangun museum baru,” terangnya.
Selain itu, Gunawan menjelaskan pemerintah bersama Disporabudpar dan Pemerintah Desa Tritik berencana membangun Museum Arkeologi.
Tempat tersebut nantinya akan menjadi museum cagar budaya yang menyimpan benda-benda fosil hewan dan tumbuhan, serta memungkinkan menyimpan fosil manusia purba.
“Terus terang, kemarin saya langsung diajak melihat kawasan Tritik. Masih banyak sekali fosil hewan maupun tumbuhan, tetapi belum ditemukan fosil manusia. Saya meyakini di kemudian hari kemungkinan fosil manusia juga bisa ditemukan,” pungkas Gunawan.
Kajian koleksi museum juga menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain Didit Hadi Barianto dari Universitas Gadjah Mada, Marlia Yuliyanto Rosyidah dari Museum Nasional Indonesia, Unggul Prasrtyo Wibowo dari Museum Geologi Bandung, serta Suwita Nugraha dari Balai Pelestarian Budaya Wilayah X. (bam/van)