Diduga Keracunan MBG, Siswa SDN Pasanggar 1 Pamekasan Diperiksa Polisi

Diduga Keracunan MBG, Siswa SDN Pasanggar 1 Pamekasan Diperiksa Polisi Petugas saat mendatangi SDN Pasanggar 1, Pamekasan.

PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Dugaan kasus keracunan makanan terjadi di SDN Pasanggar 1, Kecamatan Pegantenan. Ada 6-7 siswa diduga mengalami gejala mual dan muntah setelah mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola SPPG Al-Bukhori Murtajih.

“Betul adanya telah beredar voice note, informasi yang memberitakan telah terjadi diduga keracunan setelah makan jatah dari MBG di SDN Pasanggar 1. Kami memerintahkan Kanit Reskrim, Babinkamtibmas, serta anggota lainnya untuk mendatangi sekolah dan memeriksa langsung kondisi siswa,” kata Kapolsek Pegantenan, Iptu Heri Siswanto, saat dikonfirmasi, Kamis (18/9/2025).

Menurut keterangan pihak sekolah, 4 siswa mengalami muntah-muntah sekitar pukul 09.00 WIB saat istirahat pertama. Namun, hasil pendalaman polisi menemukan keterangan tambahan dari siswa yang tidak masuk sekolah karena belum pulih, sehingga jumlah korban diperkirakan mencapai enam hingga tujuh anak.

“Gejala yang dialami rata-rata sama, setelah makan nasi dari MBG mereka merasa mual lalu muntah. Untuk kondisi korban, menurut orang tua tidak sampai dirawat di rumah sakit karena dianggap tidak terlalu parah,” ucap Heri.

Dari hasil pemeriksaan, ia menyebut 3 siswa telah kembali masuk sekolah, sementara satu lainnya masih menjalani perawatan di rumah.

“Kondisinya sudah membaik, cukup sehat, dan sudah bisa diajak komunikasi, meski belum pulih sepenuhnya,” tuturnya.

Heri menegaskan bahwa pihaknya akan mendalami kasus ini dengan meminta keterangan dari berbagai pihak terkait.

“Tidak menutup kemungkinan kami akan memanggil dan meminta keterangan para pihak untuk tindak lanjutnya. Namun, kami minta masyarakat tetap tenang dan tidak panik berlebihan. Kami juga wanti-wanti penyelenggara dapur MBG untuk menjaga kebersihan dan kualitas menu yang disajikan,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, program MBG menjangkau ribuan siswa setiap harinya. Oleh karena itu, perbandingan jumlah anak yang mengalami gejala dengan total penerima masih perlu dikaji lebih lanjut.

“Kalau yang mengonsumsi ribuan tapi hanya 6 atau 7 siswa yang muntah, tentu perlu kajian ulang. Bisa jadi faktor lain, misalnya kondisi tubuh anak kurang fit atau sebelumnya makan sesuatu, ini masih kami dalami,” paparnya.

Saat melakukan pengecekan ke dapur MBG di Desa Pasanggar, polisi mengamankan sejumlah sampel makanan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kendati demikian, dapur tidak ditutup sementara karena dinilai telah memenuhi standar kelayakan.

“Untuk sementara kami belum melakukan penutupan. Dapurnya cukup representatif, memenuhi ketentuan. Insiden ini masih kategori ringan karena tidak sampai ada siswa yang dirawat di rumah sakit. Tapi kami tetap dalami, termasuk kemungkinan faktor lain seperti kebersihan wadah makan,” urai Heri. (dim/mar)