Ribuan Santri Ponpes Lirboyo Kediri Ikuti Apel Hari Santri Nasional

Ribuan Santri Ponpes Lirboyo Kediri Ikuti Apel Hari Santri Nasional Para santri Ponpes Lirboyo saat mengikuti upacara bendera. foto: arif kurniawan/BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Dalam rangka memperingati hari santri nasional, sekitar 4000 santri Pondok Pesantren AL-Mahrusiyah Lirboyo Kota Kediri mengikuti upacara bersama, Kamis (22/10).

Layaknya upacara bendera umumnya, dalam upacara hari santri ini juga ada pengibaran bendera merah putih, pembacaan teks pancasila, pembacaan ikrar santri, amanat pembina upacara dan diakhiri do'a. 

Adapun untuk inspektur upacAra dipimpin pengasuh Ponpes KH. Reza Ahmad Zahid. Upacara yang dimulai pukul 07.00 ini diikuti ribuan santri santri laki-laki maupun perempuan. Tentu saja santri laki-laki memakai pakaian khas santri, yakni sarung. 

Dalam amanah upacaranya, Gus Reza -panggilan KH. Reza Ahmad Zahid- lebih banyak menceritakan sejarah awal mula adanya hari santri nasional. Apalagi, Pesantren Lirboyo merupakan pondok pesantren yang memiliki sejarah panjang dan memiliki peran besar dalam sejarah memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Ponpes ini juga memiliki kisah perjuangan yang melegenda saat awal kemerdekaan. Pada medio September 1945 disebutkan, tentara sekutu datang ke Indonesia dengan menggunakan nama tentara NICA.

Hal itu lalu membuat para kiai HBNU (sebelum PBNU) memanggil seluruh ulama di Jawa dan Madura membicarakan hal ini di kantor HBNU Jalan Bubutan, Surabaya. 

Dalam pertemuan itu para ulama mengeluarkan resolusi Perang Sabil, yaitu perang untuk melawan Belanda dan kaki tangannya dengan hukum fardhu ain. Rupanya keputusan inilah yang menjadi motivasi para ulama dan santrinya untuk memanggul senjata ke medan laga, termasuk Pesantren Lirboyo.

Tepat pada jam 22.00 berangkatlah para santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran di bawah komando KH. Mahrus Ali dan Mayor H. Mahfudz.

Sebelum penyerbuan dimulai, seorang santri yang bernama Syafi'i Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu adalah untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup, Syafi'i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor H. Mahfudz.

Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul 01.00 dini hari dan berakhir ketika Mayor Mahfudz menerima kunci gudang senjata dari komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang lebar. Dalam penyerbuan itu, gema takbir "Allahu Akbar" berkumandang menambah semangat juang para santri.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO