
BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Ketua DPC PKB Bangkalan, Syafiuddin, menyampaikan bahwa generasi melenial dan generasi Z (Gen Z) harus menjadi bagian dalam perubahan membangun bangsa dan negara.
“Kaum melenial dan generasi Z, jangan sampai apatis terhadap politik,” ucap Syafiuddin dalam seminar Pendidikan Politik yang digelar DPC PKB Bangkalan, di Hotel Zamzam, Batu pada Senin-Rabu (9-11/6/2025).
Dalam seminar yang bertema “Kesadara Politik Kaum Muda dalam Menyongsong Tercapainya Indonesia Emas 2045” tersebut, Safiuddin menegaskan, kasadaran politik kaum melenial tidak cukup hanya tahu partai politik dan menyoblos lima tahunan, namun juga harus memiliki kesanggupan membaca situasi, memahami arah kebijalan, berani menyuarakan, dan kemauan menjadi bagian dalam perubahan.
Jika kaum melenial dan gen Z tak peduli terhadap kebangsaan, lanjut Syafiuddin, maka mimpi Indonesia Emas 2045 menjadi mitos, yang tidak pernah bangkit dari tidurnya.
Menurut Abah Safi’, panggilan akrabnya, Gen Z dan melenial saat ini justru menganggap politik sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan dunianya.
“Di sisi lain, pendidikan politik sering berhenti pada teori normatif,” imbuhnya.
Sehingga, kata Abah Syafi, generasi melenial terjebak dalam euforia instan, sibuk dengan tren, mereka lupa arah dan tujuan bahwa generasi milenial adalah aktor utama dalam panggung Indonesian Emas 2045.
“Oleh sebab itu, kaum melenial dan Gen Z harus mulai dari hari ini, mempersiapkan diri, ambil bagian dalam perubahan, mempersiapkan diri dengan pengetahuan, kritis terhadap demokrasi, melenial dan Gen Z harus hadir di ruang-ruang publik, dan melek digital di era artificial Intellegince (AI),” tuturnya.
Selain itu, bagi kaum melenial penting dalam penguatan etika dan nilai demokrasi, menyongsong Indonesia Emas 2045 bukan hanya memiliki kompetensi, namun juga butuh moral politik. Tidak hanya butuh melenial yang pintar, tapi berintegritas, bermartabat, dan bertanggung jawab, hal ini yang menjadi pondasi penting.
“jangan sampai kaum melenial dan Gen Z menjadi haters, yang merusak ekosistem komunikasi digital, karena 2045 akan di dominasi transpormasi digital,” tegasnya.
“Milenial harus menjadi aktor, bukan penonton, karena sejarah selalu di gerakkan oleh kaum melenial. Kesadaran politik penting, kaum melenial bukan sekedar pelengkap, melainkan tulang punggung dari konstruk bangsa masa depan, Indonesia Emas 2045,” pungkasnya (uzi/msn)