Program Sehat Tanpa Sakit, Cucu Kiai Kampung ini Beli RS Delta Surya Rp 300 M

Program Sehat Tanpa Sakit, Cucu Kiai Kampung ini Beli RS Delta Surya Rp 300 M Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.comKakeknya seorang kiai kampung. Ayahnya guru SD. Tapi lima bersaudara ini jadi semua. Kini Agus Fahrudin Farid malah memiliki 5 rumah sakit.

Siapa dia? Nah, silakan simak tulisan wartawan kawakan, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com pagi ini, Selasa, 25 Mei 2022.

IA DOKTER. Ia tidak mau jadi spesialis. Kakak adiknya, 4 orang, sudah menjadi spesialis semua. Mereka pun mendesaknya agar ia sekolah lagi: untuk menjadi spesialis.

Dokter Agus Fahrudin Farid bergeming. "Untung saya tidak mau sekolah lagi," ujarnya bercanda. "Kalau saya jadi spesialis, saya tidak bisa bisnis seperti sekarang," tambahnya.

Agus memilih tetap jadi umum saja. Tapi bisa berbisnis. Yang penting akhirnya tidak kalah sukses dengan saudara-saudaranya.

Kini dr Agus memiliki 5 rumah sakit. Bulan lalu ia membeli rumah sakit yang ke-5 itu. Terkenal sekali. Di : . Dekat pintu tol.

Langkahnya di Delta Surya itu sekaligus sebagai pertanda sejarah.

Yakni berakhirnya sejarah perkongsian bisnis antar . Khususnya di bisnis rumah sakit.

Di zaman masih menjadi wartawan di lapangan dulu, saya sering mendengar ini: sejumlah bergabung mendirikan rumah sakit.

Saya mengikuti pembicaraan mereka ketika itu. Yakni pembicaraan kegelisahan: mengapa selalu hanya diperalat oleh pemodal.

Mereka pun ''berontak''. Ingin mandiri.

Maka mereka mencari jalan agar tidak hanya jadi ''buruh''.

Rumah sakit tanpa bukanlah rumah sakit.

Kenapa bukan sendiri yang jadi pemilik rumah sakit. Kesadaran itu begitu tinggi.

Tapi mendirikan rumah sakit perlu modal besar. Tidak ada yang mampu. Sendirian. Kala itu. Dicarilah jalan keluar: perkongsian. Antar sendiri.

Dalam hal Delta Surya ada 18 yang bergabung sebagai pemegang saham. Ditambah 4 pejabat tinggi setempat. Rupanya, hanya untuk menambah kelancaran perizinan.

Di zaman itu.

Model kerja sama seperti itu tidak hanya di . Bahkan bisa jadi bukan yang pertama. Sudah banyak di kota-kota lain. Di Bogor. Di Tuban. Dan mungkin juga di kota Anda.

Zaman itu adalah musim semi berkongsi untuk menjadi juragan di dunianya sendiri.

Musim semi pindah ke musim panas.

Di negara-negara 4 musim, perpindahan musim semi ke musim panas terjadi dalam empat bulan. Musim semi perkongsian antar lebih panjang. Lebih lima tahun.

Tapi perubahan musim di perkongsian itu tidak hanya di udara, juga di cuaca. Cuaca di dalam hati. Hati mereka menjadi panas. Terutama karena bisnis ternyata punya hukumnya sendiri.

Mendiagnosis sakitnya rumah sakit ternyata tidak bisa dengan stetoskop. Kerukunan di masa bulan madu pun berubah menjadi cekcok. Di mana-mana. Ada yang sampai ke polisi. Ke jaksa. Ke pengadilan.

Perlu '' spesialis'' yang sangat spesial untuk bisa menyehatkan . Yang sudah parah. Saling gugat.

Di sinilah spesialisasi umum seperti dr Agus diperlukan. Ia turun tangan. Ia membeli rumah sakit itu. Lebih dari Rp 300 miliar.

Semua pemegang saham pun senang. Dapat harga baik. Dan yang penting tidak bertengkar lagi. Tidak makan hati lagi.

Untungnya, dr Agus masih . Lulusan Unair, 1990. Satu almamater dengan semua saudara kandungnya.

Klik Berita Selanjutnya

Lihat juga video 'Kecelakaan Karambol di Medaeng Sidoarjo, Truk Tabrak Tiga Mobil Hingga Terguling':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO