​Ibadah Haji di Luar Musim Haji, Ide Kontroversial Kiai Masdar Atasi Antrean Panjang

​Ibadah Haji di Luar Musim Haji, Ide Kontroversial Kiai Masdar Atasi Antrean Panjang Dahlan Iskan

Sebagai ahli agama, Masdar telah lama mengetahui ketentuan baku dalam Al-Qur’an. Tapi, dia baru tergerak untuk meluncurkan ide itu pada 1994. Yakni, 4 tahun setelah insiden terowongan Mina. Itu menewaskan sekitar 1.500 orang. Mereka diinjak-injak sampai mati. Karena padatnya musim haji.

Pada masa awal Islam, jumlah jamaah haji hanya puluhan ribu. Sekarang sekitar 2,5 juta orang. Masjid Makkah terus berkembang. Masih kurang besar.

Mereka yang mengelilingi Ka’bah (berputar-putar) bahkan lebih jauh dari Ka’bah. Bahkan, banyak yang terpaksa mengelilingi “puncak” Ka’bah. Yakni di lantai 5 Masjidil Haram.

Tentu tidak mudah menerima gagasan Kiai Masdar. Bahkan untuk NU sendiri.

“Seandainya bisa diadakan pemungutan suara di antara anggota PB NU Syuriah, bisakah ide Anda menang?” tanya saya.

“Tidak mungkin menang,” jawab Kiai Masdar.

Artinya, gagasan itu masih jauh dari diterima.

Secara individu, sebenarnya sudah ada yang setuju dengan ide tersebut. Saya mengalaminya sendiri. Yaitu, ketika saya pergi umrah sekitar 20 tahun yang lalu.

Hari itu saya bertemu orang Indonesia di Makkah. Tidak muda lagi, tapi juga tidak tua. Dia adalah seorang intelektual Islam. Dia seorang dokter. Dia meriwayatkan bahwa dia datang ke Mekah saat itu untuk haji.

“Hah? haji? Ini benar bukan ziarah? ” tanya saya.

“Saya yakin haji bisa dilakukan di luar musim haji,” katanya. Ia pun menjelaskan alasannya. Persis seperti yang dikatakan Kiai Masdar.

Namun, dia mengaku hari itu gagal menunaikan . Bukan karena keyakinan, tapi karena masalah teknis. “Ketika saya ingin berdiri di Arafah, pintu Arafah terkunci,” katanya.

Dia juga tidak bisa masuk Arafah. Tidak ada petugas yang menjaga pintu yang terkunci. Padahal, di seluruh wilayah Arafah tidak ada satu manusia pun.

Lokasi wukuf memang dipagari. Gerbang hanya dibuka selama musim haji. Setahun hanya buka satu hari.

Saya pernah sampai di lapangan Arafah pada pukul 23.00. Tahun 1990-an. Saat itu kami berjalan lima langkah dari Makkah. Kami meninggalkan Makkah pada pukul 17.00. Tiba di Arafah pukul 23.00. Kami pikir kami bisa masuk Arafah lebih awal. Untuk menemukan tempat terbaik. Pukul satu ternyata gerbang besi berduri itu masih terkunci. Baru akan dibuka beberapa jam kemudian. Malam itu kami yang lelah tidur di pasir di luar gerbang. Lampu-lampu itu terang. Sejauh mata memandang. Penjual makanan dan minuman juga banyak.

Alhasil, kalaupun banyak orang bisa menerima gagasan Kiai Masdar, tetap saja tergantung penguasa di Arab Saudi: apakah akan membuka pagar lapangan Arafah atau tidak.

Jadi, kalaupun ide kiai Masdar perlu dibahas, salah satu peserta diskusi pastilah Muhammad bin Salman, putra mahkota Kerajaan Arab Saudi yang mulai mengizinkan konser K-pop di sana. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO