​Khawatir Kepiawaian BUMN, Dahlan Iskan Bandingkan Kasus Jiwasraya dengan Goreng Saham GameStop

​Khawatir Kepiawaian BUMN, Dahlan Iskan Bandingkan Kasus Jiwasraya dengan Goreng Saham GameStop Foto: ist

Raddit memiliki layanan r/wallstreetbets. Yakni mereka yang ingin bermain lewat Raddit. Mereka yang di akun itulah yang mengumpulkan dana membentuk situasi short squeeze di pasar modal.

Itu belum lama. Baru tanggal 22 Januari kemarin. Keesokan harinya harga GameStop mulai naik. Tiba-tiba menjadi 19,94 dolar. Beberapa hari kemudian sudah naik lagi sampai 39,12 dolar.

Mulailah orang yang di luar Raddit ikut tergiur. Begitu drastis kenaikannya. Banyak perusahaan ikut menitikkan air liur. Terjun pula. Demikian juga perorangan.

Wall Street sudah menghentikan perdagangan itu. Dengan maksud untuk mengingatkan publik: kenaikan harga itu bukan karena fundamental perusahaan yang baik. Itu semata kenaikan karena masalah teknis –kata lain untuk permainan.

Pasar modal sudah memenuhi kewajibannya: menyetop perdagangan tidak wajar itu. Tapi kemudian, sesuai dengan peraturan, harus membukanya kembali.

Publik ternyata tidak peduli. Apalagi, hari itu, ada postingan misterius dari orang terkaya di dunia sekarang ini: Elon Musk, pemilik Tesla.

Postingan Elon Musk itu hanya satu kata. Tapi menggemparkan. Dan membuat harga GameStop langsung moroket lagi. Postingan itu bunyinya hanya begini: "GameStop!".

Hanya Elon Musk yang tahu apa makna postingannya itu. Tapi publik terpana. Dan menubruk GameStop secara lebih liar.

Harga pun menjadi 347,51 dolar. Tidak masuk akal. Bahkan pada jam tertentu sempat melampaui angka 450 dolar.

Sebetulnya itu baik-baik saja. Kalau uang yang dipakai membeli itu uang beneran. Dari tabungan atau uang lebih.

Tapi yang dipakai membeli itu adalah pinjaman. Dengan harapan begitu harga naik sedikit, itu segera dijual. Untuk mengembalikan pinjaman. Sambil mengambil labanya.

Itulah praktik yang disebut short selling.

Jadi untuk membeli itu mereka tidak harus punya uang. Mereka hanya perlu punya otak dan nyali.

Begitulah, akhirnya seperti ponzi. Harga terus naik –karena semakin banyak yang berkepentingan agar harga itu terus naik.

Banyak sekali perusahaan yang terjepit dalam situasi seperti itu. Yakni perusahaan keuangan yang mengkhususkan diri pada bisnis hedging –lindung nilai. Transaksi itu umumnya di-hedging-kan.

Sampailah pada hari Kamis lalu. Ketika broker online Robinhood menghentikan Apps transaksi GameStop-nya. Dunia seperti berhenti berputar. Yang tiba-tiba pusing ribuan jumlahnya. Yang dalam posisi rugi itu tadi: sampai Rp 1.000 triliun.

Rugi Rp 1000 triliun bukan sekali ini. Juga bukan yang terbesar. Dan ke depan pun masih akan terus ada.

Ada sisi baiknya: untuk sementara mereka melupakan derita Covid-19.

Bahkan Republik dan Demokrat tiba-tiba bersatu. Khususnya antara Ted Cruz –Republik-Texas– dengan Alexandria Ocasio-Cartez –Demokrat-New York.

Keduanya sudah lebih seminggu ini perang mulut. "Nyawa saya hampir saja hilang," ujar Alexandria. Maksudnyi, saat gedung Capitol diduduki pendukung Donald Trump 6 Januari lalu Alexandria termasuk salah satu yang akan dibunuh.

Ted Cruz dianggap mendukung gerakan menduduki Capitol itu. Maka Alexandria minta agar Cruz mengundurkan diri dari DPR.

Akibat GameStop ini keduanya kompak: sama-sama mengecam Robinhood. Sama-sama akan memperkarakan Robinhood.

Penghentian perdagangan di Apps Robinhood itu dianggap melanggar. Anti pasar. Dan membuat ribuan orang rugi Rp 1.000 triliun.

Di titik ini saya tetap mengkhawatirkan kepiawaian untuk ikut bermain di pasar modal. Bukan natural mereka untuk ikut bermain.

Hebatnya, kejadian goreng GameStop ini juga sama dengan kejadian di Jiwasraya: dilakukan di saat-saat pergantian presiden. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO