​Ketika Buku ‘How Democracies Die’ Sebut Trump ‘Demagog Ekstremis’

​Ketika Buku ‘How Democracies Die’ Sebut Trump ‘Demagog Ekstremis’ M Mas'ud Adnan. Foto: bangsaonline.com

Namun, meski sepak terjangnya menghalalkan segala cara, ia – seperti demagog yang lain – tetap mendapat dukungan dari pendukung fanatiknya. Gaya Trump yang urakan dan ucapan-ucapannya yang sering kotor tak menoggoyahkan para pendukungnya yang kemungkinan punya karakter sama dengan sang .

KEGAGALAN PARTAI POLITIK

Buku How Democracies Die yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Bagaimana Demokrasi Mati” itu juga mengungkapkan bahwa naiknya Trump ke tangga presiden juga akibat kegagalan partai politik, terutama Partai Republik, tempat Trump berkiprah.

“Di , untuk pertama kali dalam sejarah, seorang tanpa pengalaman sebagai pejabat publik, tanpa banyak komitmen terhadap hak-hak konstitusional, dan dengan kecenderungan otoriter yang jelas, dipilih menjadi presiden,” demikian tertulis dalam buku best seller dunia itu.

Menurut buku yang banyak dibaca kalangan intelektual di berbagai Negara itu, “ gagal di tes pertama pada November 2016, ketika kami memiliki seorang presiden yang diragukan kesetiaannya kepada norma-norma demokrasi. Kemenangan mengejutkan Donald Trump bukan hanya dimungkinkan oleh kekecewaan publik, melainkan juga kegagalan Partai Republik AS mencegah demagog esktremis di dalamnya mendapat pencalonan.”

Trump memang dianggap telah membunuh demokrasi di AS. Celakanya, ternyata di AS tidak hanya Trump yang otoriter dan menghalalkan segala cara, tapi juga para politikus lain.

“Ya, kami khawatir. Para politikus sekarang memperlakukan pesaing sebagai musuh, mengintimidasi pers, dan mengancam akan menolak hasil pemilihan umum,” tulis buku populer itu.

Sejarah mencatat, Trump tidak hanya membunuh demokrasi AS tapi juga mempermalukan negerinya sendiri yang selama ini terlanjur dijuluki sebagai champion of democracy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO