Khofifah juga menyoroti kader NU dan pesantren yang sempat tenggelam dalam sejarah Indonesia akibat politik. Saat Orde Baru, tutur Khofifah, banyak pengurus NU yang melepaskan kepengurusannya di NU saat jadi PNS. Akibatnya, hingga kini, NU tidak memiliki banyak birokrat.
Sekarang, kata Khofifah, adalah era narasi. Mengutip pendapat Prof Dr Rhenald Kasali, Khofifah minta agar kita semua, para kiai, kader NU, wisudawan-wisudawati, menarasikan dan menuliskan perjalanan sejarah kita sebagai pejuang bangsa. Memang, ini butuh waktu luar biasa. Tapi itulah yang harus kita lakukan.
"Karena sejarah ini penting, bagaimana pesantren menjadi pagar perjuangan sampai indonesia merdeka," kata Khofifah.
Gubernur Khofifah hadir didampingi Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi Jawa Timur, Dr. Hudiyono, M.Si., dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov Jatim Dr. Ir. Wahid Wahyudi, M.T.
Selain Gubernur Khofifah dan Dahlan Iskan, juga hadir penyair kondang asal Madura KH. Zawawi Imron, Dirut Pascasarjana Unisma Prof. Dr. M. Mas’ud Said, Prof. Dr. Husen, KH. Roziqi, dan tentu saja Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag.
Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) mewisuda 473 wisudawan dan wisudawati, 10 di antaranya wisudawan-wisudawati berasal dari luar negeri. Yaitu dari Thailand, Afghanistan, Malaysia dan Negara lainnya.
Rapat senat terbuka itu dipimpin oleh Rektor Ikhac Dr Mauhiburrohman. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News