SURABAYA, BANGSAONINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag., menilai bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) dan Jawa Timur sekarang merupakan provinsi terbanyak kasus Covid-19, tapi tak bisa lalu diartikan negatif.
Kenapa? “Saya yakin karena DKI dan Jawa Timur sangat disiplin dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Mereka mencari orang-orang yang kena Covid-19. Jadi, karena DKI dan Jawa Timur aktif mencari orang yang kena Covid-19 dengan cara men-swab, sehingga ketemu banyak kasus. Karena itu jangan lalu diartikan negatif,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.COM usai istighatsah bersama siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Unggulan kelas VII dan VIII di alam terbuka di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Jalan Siwalankerto Utara, Surabaya, Sabtu (20/6/2020).
BACA JUGA:
- Tak Cuma MUI, Anggota DPRD Jatim Ikut Tolak Rencana Pemkab Situbondo ke Eks Lokalisasi Gunung Sampan
- Dibuka Hari ini, SMKN 1 Jenangan Ponorogo Jadi Tempat LKS di Kota Madiun
- Apel Hari Pertama Kerja Pascalebaran, Pj Gubernur Jatim Ajak Jajarannya Semangat Layani Masyarakat
- 5 Rekomendasi Oleh-Oleh Legend Khas Surabaya yang Wajib Dibawa Pulang saat Mudik Lebaran
Kiai Asep lalu mengutip sebuah teori yang menyatakan bahwa wabah Covid-19 itu bagaikan gunung. “Artinya, grafik itu terus naik sangat tinggi. Tapi ketika mencapai puncak ia langsung turun ke bawah,” kata pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojoketo Jawa Timur itu.
Nah, ketika grafik Covid-19 turun menukik ke bawah, berarti Covid-19 sudah lenyap dari Jawa Timur dan DKI. Karena itu, ia minta kepada Gubernur Jawa Timur, DKI, Wali Kota Surabaya, Plt. Bupati Sidoarjo, dan Bupati Gresik terus saja berkerja keras. Tak usah kecil hati.
“Kalau memang telah bekerja dengan benar, ya jangan kecil hati. Karena ini akan menyelamatkan bangsa,” kata Kiai Asep yang belum lama berselang menyedekahkan 400 ton beras, 40.000 sarung, dan uang Rp 50.000 per orang kepada para relawan dan warga terdampak Covid-19.