​Wafat 7 Ramadan 1366 H, 75 Tahun Lalu, Hadratussyaikh Peletak Batu Kemerdekaan RI

​Wafat 7 Ramadan 1366 H, 75 Tahun Lalu, Hadratussyaikh Peletak Batu Kemerdekaan RI Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. foto: BANGSAONLINE.COM

“Saya mengucapkan kalimat syahadat di depan kumpulan kaum muslimin yang menjadi saksi yang telah menyambut saya, dan setelah itu memeluk saya dengan pelukan seorang saudara yang telah lama hilang,” katanya.

Hadratussyaikh pun menyambut baik. “Beliau pun menyambut saya dengan sambutan yang hangat dan menyampaikan kabar gembira itu kepada semua yang hadir,” kata Kar Von Smith.

Ketika Karl Von Smith memeluk Islam, barulah Hadratussyaikh menyampaikan ayat al-Quran. “Ketika saya merasa puas dan dapat menerima Islam, setelah berkomunikasi selama 10 bulan, baru beliau (Hadratussyaikh) mulai menyampaikan sedikit dari ayat-ayat al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi SAW yang penuh mutiara hikmah dan nasihat-nasihat. Sungguh benar-benar tertarik mendengar ayat-ayat Al-Quran dan kagum dengan ketinggian makna-maknanya, sehingga saya sangat merindukan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang ayat-ayat Al-Quran,” katanya.

Menurut Muhammad Asad Shihab, Hadratussyaikh juga tak menyukai fanatisme karena bisa memecah belah umat Islam. “Beliau selalu mengajak ukhuwah Islamiah dan mengajak bersatu secara menyeluruh serta meninggalkan fanatisme buta,” tulis Muhammad Asad Shihab.

Itulah kenapa Hadratussyaikh bisa menjadi pilar utama dalam menggerakkan hati masyarakat untuk bersatu melawan penjajah Belanda dan jepang serta para sekutunya. Menurut Muhammad Asad, Hadratussyaikh bercita-cita ingin membentuk masyarakat Indonesia yang agamis.

“Di mana hukum dan ajaran Islam dapat ditegakkan. Karena itu beliau membangun pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah. Serta memperluas usaha-usaha pendidikan dengan usaha yang lebih besar. Beliah juga mempunya ide untuk menyatukan potensi dan semangat para ulama. Setelah dikumpulkannya para ulama dan tercetuslah sebuah organisasi dengan nama Jamiyah Nadlatul Ulama,” tulisnya.

Hadratussyaikh juga tak pernah putus asa. Bahkan rintangan bagi Hadratussyaikh justeru menjadi motivasi untuk bangkit dan terus berjuang. Ini tampak ketika tentara Belanda menghancurkan Pesantren yang baru didirikan. Tentara Belanda menyerang Pesantren dengan aksi kekerasan setelah Hadratussyaikh tak bisa ditaklukkan. Bangunan pesantren rusak, perabotan dan peralatan pesantren hancur berantakan. Bahkan kitab-kitab dan dokumen penting dirampas oleh tentara Belanda.

Tapi Hadratussyaikh samasekali tak gentar, apalagi putus asa.”Sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang datang secara mendadak seperti ini tidak boleh menghencurkan cita-cita kita dan tidak boleh mematahkan semangat perjuangan,” kata Hadratusyaikh.

Karena itu ketika penjajahan Jepang memenjarakan Hadratussyaikh dan memukuli secara sadis, kakek Gus Dur dan ayah KH A Wahid Hasyim itu tak pernah menyerah. Ia terus melawan dan mengkonsolidasi masyarakat untuk mengusir penjajah dengan fatwa-fatwa agama. Salah satu fatwa yang sangat legendaris adalah Resolusi Jihad.

Hadratussyaikh wafat pada tanggl 7 Ramadan 1366 H saat berjuang melawan penjajah. Beliau wafat dalam usia 79 tahun. Wafatnya Hadratussyaikh sangat mengguncang rakyat Indonesia yang sedang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Para laskar bentukan Hadratussyaikh seperti Hizbullah, Mujahidin, Sabilillah yang sedang berada dalam pertempuran, semuanya terguncang. Meski demikian, tulis Muhammad Asad Shihab, masyarakat dalam jumlah yang sangat besar tetap mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir. Pemerintah Indonesia juga secara resmi ikut dalam upacara mengantar jenazah Hadratussyaikh. Bahkan kemudian menganugrahkan gelar pahlawan nasional.

“Mungkin tak pernah terlintas di benak kita, bahwa pemimpin Islam yang agung ini seorang peletak batu pembangunan kemerdekaan Indonesia, berani mengibarkan bendera perjuangan dengan ucapan dan perbuatan, dengan senjata yang sangat sederhana, namun mampu mengguncangkan pilar-pilar penjajah Belanda,” tulis Muhammad Asad Shihab yang menulis sejumlah tokoh dan pejuang Indonesia.

Mari membaca tahlil, minimal Surah Al-Fatihah kepada Hadratussyaikh. Lahul fatihah… (m mas’ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Penonton Bioskop Disalami, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (18)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO