Tafsir Al-Isra 101: Pak Wiranto, Pak Dandim, Semoga Tuhan Memberkahi Bapak

Tafsir Al-Isra 101: Pak Wiranto, Pak Dandim, Semoga Tuhan Memberkahi Bapak Detik-detik Wiranto ditusuk orang tak dikenal, 10 Oktober 2019 lalu.

Tegas sekali al-qur'an menyatakan, bahwa masing-masing pribadi hanya bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan saja. Tidak dibebani tanggung jawab, tidak dihukum karena perbuatan orang lain. (al-Isra':15, Fathir:18).

Perlu dibedakan antara dosa amanah atau tanggung jawab dan dosa karena perbuatan orang lain. Dosa tanggung jawab adalah dosa karena seseorang tidak berlaku amanah. Suami tidak menasihati istri dan keluarga. Kiai tidak bertausiah kepada umat. Komandan tidak memimpin anak buahnya secara baik. Mereka berdosa karena lalai dan tidak sungguh-sungguh mengemban amanah.

Jika amanah sudah ditunaikan, maka kewajiban suami, kewajiban kiai, kewajiban komandan telah gugur. Jika istri atau umat atau anak buah melakukan kesalahan, maka itu tanggung jawab sendiri, bukan tanggung jawab sang pemimpin. Pemimpin, guru, orang tua, hanya kewajiban mendidik sebaik-baiknya, tidak wajib sukses menjadikan anak didik menjadi baik. Usaha itu kewajiban manusia, tapi hasil itu otorita Yang Maha Kuasa.

Beda dengan dosa atau hukuman yang dibebankan kepada seseorang karena perbuatan orang lain. Untuk ini, di dalam Islam TIDAK ADA. Islam tidak punya konsep dosa waris atau dosa karena perbuatan orang lain. Tuhan sangat mengerti, bahwa manusia itu sangat terbatas dan tidak mungkin bisa terus menerus mengawasi orang lain.

Membebani dosa atau menerapkan hukuman kepada seseorang karena perbuatan orang lain, itu sama dengan tindakan zalim. Tuhan tidak pernah melakukan pendzaliman sedikit pun terhadap hamba-Nya. Beda lagi, jika sang pemimpin tahu perbuatan tidak baik yang dilakukan anak buahnya, lalu diam, tidak mencegah dan membiarkan, maka itu sama dengan sekongkol, berdosa, dan pantas dihukum.

Hukum tidak membebani orang lain itu ada pada kehidupan kita. Lihat, anak di bawah umur yang melakukan kejahatan, maka dia sendiri yang dibui di penjara abak-anak. Orang tuanya tidak. Seorang istri tertangkap ngutil di pasar, tentu suaminya yang di rumah tidak ikut digebuki. Seorang menteri korupsi, presidennya tidak ikut diadili. Itulah bukti pengamalan al-Isra':15 dan Fathir:18 di negeri ini.

Hanya Kan'an dan ibunya yang kafir saja yang disiksa Tuhan dalam banjir besar dan dijebloskan ke neraka. Sementara Nabi Nuh A.S. sebagai ayah sekaligus suami diselamatkan dan kelak ditempatkan di surga.

Meski sudah cukup beralasan untuk menghukum hamba-Nya, tapi Tuhan tidak begitu saja mesti menghukum. Sifat ramah-Nya mendahului sifat marah-Nya. Andai pak Wiranto, dengan kebesaran jiwanya, dengan kekuasaan yang dimilikinya ikhlas mema'af rakyatnya yang khilaf, maka itu sangat terpuji, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Salam buat pak Dandim. Moga Tuhan memberkahi bapak dengan kehidupan ke depan yang lebih baik.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO