Refleksi Sumpah Pemuda: Momen Satukan Perbedaan Demi NKRI

Refleksi Sumpah Pemuda: Momen Satukan Perbedaan Demi NKRI A. Fajar Yulianto, S.H., Ctl.

Oleh: A. Fajar Yulianto, S.H., Ctl. (Direktur YLBH Fajar Trilaksana)

Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah hari di mana tonggak awal anak-anak muda di negeri ini bersatu dalam beragam perbedaan yang ada.

Jika kita hitung sejak Sumpah Pemuda diikrarkan sudah 91 tahun yang lalu, waktu itu dinamika semangat berkorban diri memikirkan dan perjuangan kemerdekaan republik tercinta ini, lain masa lain dinamika.

Tahun 2019, di masa yang berbeda, namun dinamikanya tetap sama, yakni sama-sama berjuang. Keberagaman dalam persatuan negeri ini nyaris terkoyak saat Pileg dan Pilpres yang digelar bareng lalu. Wajah negeri ini terlihat banyak memar dan nyaris meretakkan keberagaman bangsa Indonesia karena gencarnya hoks yang berseliweran demi kemenangan kelompok dan golongannya.

Fakta ini, menjadikan bangsa ini dalam kondisi sangat mengerikan. Semua terjadi dinamika pertarungan para calon dalam konstelasi Pemilu yang lalu. Hal ini hampir menjadi sebuah bumerang bagi keutuhan Negara Republik Indonesia. Beruntung masih ada tumbuh kembang transfusi darah semangat Sumpah Pemuda 1928.

Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang menjadi dua tokoh sentral saat Pilpres lalu bisa menyatu kembali dengan meninggalkan ego masing-masing. Prabowo dalam sebuah kesempatan, menyampaikan alasan filosofi penerimaannya jadi pembantu Jokowi sebagai Menhankam. Prabowo menggambarkan bagaimana perang saudara terjadi di Jepang dengan dipimpin 2 panglima perang yang saling berhadapan Toyotomi Hideyosi dan Tokogawa Oyesu. Dua pemimpin pasukan yang sama-sama kuat ini akhirnya meninggalkan egonya, demi menghindai korban dan kemajuan Jepang.

Fakta ini, menjadikan Prabowo harus melepaskan egonya, dan harus berjiwa besar untuk kepentingan yang lebih besar, dan menerima sebagai Pembantu Presiden Jokowi. Disisi lain Jokowi, juga meninggalkan egonya dan memberanikan diri mengangkat Probowo sang rival sejati dalam Pilpres kemarin sebagai Menhankam.

Sebagian pengamat politik menilai sebuah blunder bagi pemerintahan Jokowi 5 tahun ke depan, namun tidak bagi Jokowi. Jokowi menunjukkan jiwa kenegarawanannya, yang membuang jauh jauh rasa ego dan dendam politik yang selama putaran konstelasi pemilu salingberhadapan dan bertarung merebut kekuasaan.

Secara norma Sumpah Pemuda bukan hanya diartikan “toempah darah jang satoe tanah air Indonesia, berbangsa jang satoe bangsa Indonesia, dan berbahasa persatoean bahasa Indonesia”.

Lebih dari itu, sebuah konsep dasar inspirasi membentuk karakter persatuan dari Sabang sampai Merauke walaupun perbedaan pandangan politik, dan kemajemukan kepentingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO