​Ngeri, Para Remaja Jadi Teroris Gara-gara Tiga Pertanyaan Ini, Apa Saja?

​Ngeri, Para Remaja Jadi Teroris Gara-gara Tiga Pertanyaan Ini, Apa Saja? Nasir Abbas, mantan teroris. foto: BANGSAONLINE.com

“Membandingkan sesuatu itu harus selevel. Misalnya al-Quran dengan Taurat. Kalau al-Quran dengan Pancasila kan tidak selevel,” kata Nasir Abbas. “Nabi Muhammad dengan Pak Jokowi juga tidak selevel. Nabi Muhammad itu dipilih langsung oleh Allah, sedang Pak Jokowi dipilih oleh manusia,” tambahnya.

Menurut Nasir Abbas, masih banyak pertanyaan menjebak lainnya yang dikembangkan oleh . “Karena itu kalau adik-adik santri mendapat pertanyaan seperti itu jangan dijawab,” pintanya.

Nasir Abbas menuturkan, kini para dalam merekrut anggota baru tidak selalu dengan cara face to face atau tatap muka. Mereka memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. “Bisa lewat baca dan bisa lewat video,” kata Nasir Abbas.

Karena itu ia minta mewaspadai kelompok-kelompok radikal dan intoleran. Sebab me itu berawal dari sikap intoleran dan tidak mau menghargai perbedaan. Menurut dia, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga sama. HTI punya tujuan mengubah negara NKRI jadi khilafah. “Meski HTI sekarang tak terlibat kekerasan tapi mereka berusaha merekrut anggota polisi, TNI, yang pada saatnya mereka manfaatkan untuk melakukan aksi kekerasan,” katanya.

Bagi para , kata Nasir, mendirikan negara Islam itu fardlu ain. Karena itu, ketika mereka kesulitan mendirikan negara Islam di Indonesia, gerakan mereka melebar ke Singapura, Malaysia, dan negara-negara lain. “Mereka meyakini bahwa membunuh itu dapat pahala. Merusak dapat pahala. Mereka bilang Allah memerintahkan kita jadi ,” kata Nasir Abbas.

Nasir Abbas mengaku bersyukur ditangkap polisi setelah sekian tahun jadi . Ia memetik hikmah berupa kesadaran bahwa ia selama ini telah menganut paham yang salah dalama beragama. Karena itu, ia minta para santri cerdas dalam memahami agama agar tak terjerumus kepada paham dan me seperti yang dialami dirinya. 

Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, sejumlah perwira menengah Mabes Polri dan Polda Jatim bersilaturahim ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur, Kamis (1/8/2019). Mereka menyosialisasikan tentang bahaya dan me di depan ribuan santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang diasuh Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA.

Para perwira menengah itu, antara lain: Kombes Pol Rudi Haryanto, Kasubdit Bintibsos Ditbintibmas Korbinmas Baharkam Polri dan Kompol Mayendra, anggota Densus AT 88 Mabes Polri. Sedang dari Polda Jatim adalah AKBP Iwan Setyawan, Dirbinmas Polda Jatim dan AKBP Soenardi, Kasubdit Bintibluh.

Dalam acara bertajuk “Program Quick Wins Kegiatan 4 Silaturahmi Kamtibmas Keluarga Besar Polisi” itu mereka membawa mantan pelaku teror yang kini sudah sadar yaitu Nasir Abbas untuk “testimoni” di depan ribuan santri yang memadati Masjid Raya KH Abdul Chalim.

Kiai Asep Saifuddin Chalim sangat mengapresiasi kehadiran para perwira itu. Ia juga minta agar para santri mencatat secara baik testimoni yang disampaikan Nasir Abbas di Masjid Raya KH Abdul Chalim. (tim) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO