Santren Delik, Berawal dari Komunitas Diskusi di Kafe Jadi Nongkrong Taubat Generasi Milenial

Santren Delik, Berawal dari Komunitas Diskusi di Kafe Jadi Nongkrong Taubat Generasi Milenial Antusias anak muda Semarang dalam mengikuti Nongkrong Taubat, setiap Kamis malam. foto: Pebry Adi Prakoso

Hendi Wijanarko (37), Ketua Yayasan Santren Delik menjelaskan, “Konsep Santen Delik adalah menyebarkan virus taubat yang dikemas dalam berbagai jenis kegiatan yang ada di Santren Delik. Saat ini yang rutin dan berjalan 4 tahun namanya Nongkrong Taubat yang ada setiap kamis malam. Santren Delik bisa dibilang bergenre pesantren kontemporer yang terbuka untuk semua usia, semua golongan, semua jenis gender, cuma mayoritas anak muda lah yang datang di Santren Delik,” tambah Hendi.

Suryaningsih (45) dan Fitya Indrani (22), keduanya warga setempat, mengungkapkan bahwa dulu sempat ada pro-kontra terkait berdirinya Santren Delik. "Soalnya jika melihat konsep dari Santren Delik ini tidak sama seperti pesantren pada umumnya. Yang datang itu boleh dari mana saja. Yaitu dari yang pernah ngaji sampai yang belum pernah ngaji, bahkan preman sekalipun ikut ngaji diperbolehkan dengan tampilannya dia. Seperti memakai kalung, gelang, dan celana bolong-bolong. Begitu juga tidak harus memakai jubah, tidak harus memakai peci, karena ya itu konsepnya yang santai," jelas mereka.

Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ini, Santren Delik fokus membangun masjid lewat galang dana di kitabisa.com.

Pengurus Santren Delik saat diwawancarai kontributor. Lihat latar belakang becak... merakyat.

Kontributor:

1. Pebry Adi Prakoso

2. Diki Meidiansah

(Mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri )

Sumber: -

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Jambret Handphone Anak-Anak di Kampung Semarang':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO