​Kiai Asep Mandiri Sejak Kecil, Ayahnya Jual Sarung untuk Dakwah dan Gemar Dirikan Sekolah NU

​Kiai Asep Mandiri Sejak Kecil, Ayahnya Jual Sarung untuk Dakwah dan Gemar Dirikan Sekolah NU Dr KH Asep Saifuddin Chalim di depan para pengurus Muslimat NU di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Surabaya, Rabu (26/9/2018). Foto: bangsaonline.com

Tapi Kiai Asep mengaku tak tinggal di Kedung Sroko Surabaya seperti saudaranya karena sejak kecil ia tinggal di Sidoarjo. Apalagi ia kemudian mondok di Pondok Pesantren al-Khoziny Sidoarjo. “Yang tinggal di Kedung Sroko itu kakak saya,” ungkapnya.

Meski demikian ia mengakui bahwa abahnya, Kiai Abdul Chalim pernah punya rumah dan tinggal di Kedung Sroko Gang V Surabaya. “Iya di Kedungsroko gang V,” tuturnya. Ia juga mengakui bahwa yang mendirikan sekolah NU di Kedung Sroko itu abahnya. Karena itu saat jadi sengketa, Kiai Asep pernah menawarkan bantuan - termasuk dana - kepada pengelolanya agar kepemilikan sekolah itu dipertahankan untuk NU, bukan perorangan.

"Abah saya banyak mendirikan sekolah NU di Surabaya tapi setelah itu pindah," katanya. Jadi Kiai Abdul Chalim memperbanyak sekolah NU dengan cara mendirikan sekolah-sekolah NU di kawasan tempat tinggalnya tapi setelah itu beliau pindah rumah.

Kiai Asep juga mengakui bahwa kehidupan masa kecilnya sangat keras. Saat mondok ia sekolah di SMP 1 Sidoarjo. “Saya jalan kaki ke SMP 1 Sidoarjo,” katanya. Padahal jarak pesantren al-Khoziny dengan SMP 1 Sidoarjo sangat jauh. “Saya pakai sarung tapi di tengah jalan sarung saya lepas, saya ganti celana pendek. Dulu kan gak boleh (SMP) pakai celana panjang,” katanya.

Kerasnya hidup yang dialami Kiai Asep berlanjut sampai remaja. Saat kuliah ia tak punya biaya sehingga terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan. “Saya pernah jadi kuli bangunan di Rungkut (Surabaya). Tapi tak lama, 3 bulan,” ungkapnya.

Begitu juga ketika sudah nikah dengan istrinya, Nyai Alif Fadhila. Ia mengaku tak langsung kaya seperti sekarang. Bahkan bersama Nyai Alif Fadhila, Kiai Asep yang dikenal tekun belajar ini pernah tidur di tempat terbuka karena belum punya rumah. “Saya bersama istri pernah tidur di atas meja untuk jualan,” katanya.

Karena itu wajar jika Kiai Asep yang kini namanya semakin meroket secara nasional ini sangat sensitf terhadap orang miskin. Ia selalu tergugah untuk membantu orang yang kesulitan. Ia bahkan tiap hari bersedekah puluhan juta bahkan ratusan juta.

“Sengsara sekali jadi orang miskin. Kepercayaan diri gak ada,” katanya. Karena itu ia sangat menyayangkan tokoh-tokoh nasional yang kaya raya tapi kurang punya kepedulian sosial.

Bagi Kiai Asep hidup itu idealisme. “Dan idealisme itu harus diperjuangkan,” katanya. Dan perjuangan itu tentu juga butuh pengorbanan harta. Karena itu tokoh-tokoh besar selalu dan pasti dermawan. “Kalau pelit dan tidak punya kepedulian sosial ya gak bakal jadi tokoh besar,” katanya. (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO