Kenapa Gaya Jalan Khofifah sangat Cepat? Ini kata Pakar Bahasa Tubuh

Kenapa Gaya Jalan Khofifah sangat Cepat? Ini kata Pakar Bahasa Tubuh Khofifah Indar Parawansa di Bromo. Foto: instagram khofifah

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Jika Anda mengikuti acara Khofifah Indar Parawansa, cermati langkah kakinya. Terutama saat menuju podium. Pasti sangat cepat. Bahkan kakinya cenderung melompat.

Apa istimewanya? Sepintas memang tak ada. Tapi , pakar bahasa tubuh (body language), memiliki temuan ilmiah bahwa gaya berjalan seseorang berkorelasi dengan kepribadian atau karakternya.

"Ada beberapa hal yang menunjukkan kepribadian seseorang, salah satunya adalah gaya berjalan," kata dalam bukunya yang sangat populer berjudul: Snap – Making The Most Of First Impressions, Body Language & Charisma.

Menurut , orang yang berjalan cepat memiliki karakter percaya diri, penuh semangat dan – yang penting lagi – punya energi tinggi! Karakter seperti ini biasanya penuh perjuangan dan pantang menyerah.

“Dia selalu berusaha melampaui batas kemampuannya sampai berhasil,” kata .

Bukan hanya itu, seseorang yang gaya berjalannya cepat biasanya pemberani.

“Karena itu, dia memiliki peluang besar untuk sukses,” tulis dikutip CNN.

Bahkan ada studi menarik dalam jurnal Social Psychological and Personality Science. Studi itu menyimpulkan bahwa orang yang gaya berjalannya cepat cenderung ekstrovert. Sedangkan orang yang berjalan lambat cenderung introvert.

Studi itu dilakukan para ilmuwan Amerika dan Prancis. Mereka punya kesimpulan seperti itu setelah mengadakan penelitian pada 15.000 orang dewasa lebih. Sekali lagi: 15.000 orang dewasa lebih. Jadi validitas penelitian itu tinggi sekali.

Istilah ekstrovert dan introvert semula diperkenalkan psikolog Carl Jung. Ekstrovert adalah tipe kepribadian seseorang yang ramah, ekspresif, teliti, mudah bergaul dan terbuka pada pengalaman baru.

Seorang ekstrovert cenderung merasa lebih berenergi setelah berinteraksi dengan orang lain. Jadi, selain punya rasa sosial tinggi, juga kehidupannya tak bisa dipisahkan dengan masyarakat.

Sebaliknya, seorang introvert lebih suka berfokus pada pikiran dan perasaan mereka sendiri ketimbang terlibat dalam situasi sosial yang aktif.

Nah, sekarang kita mulai menemukan korelasinya. Bahwa gaya berjalan Khofifah yang cepat itu adalah bagian dari cermin karakter atau kepribadiannya. Paling tidak, kecenderungan ini bisa kita saksikan dalam momentum pemilihan Gubernur Jawa Timur.

Ketua PMII perempuan pertama itu bertarung sampai tiga kali dalam pemilihan gubernur Jawa Timur. Dua kali kalah – atau mungkin dikalahkan – tapi ia pantang menyerah. Sampai akhirnya ia sukses menjadi Gubernur Jawa Timur. Bahkan Khofifah menjadi gubernur perempuan pertama di Jawa Timur.

Ini tentu luar biasa. Seorang perempuan yang secara fisik lembut tapi memiliki jiwa kokoh, tegar, dan bahkan memiliki kemampuan besar menaklukkan tantangan. Ia berani bertarung sampai tiga kali dalam pemilihan gubernur Jawa Timur yang penuh tantangan.

Padahal dalam tiga kali pertarungan itu Khofifah tak didukung kiai-kiai populer. Mayoritas kiai NU memilih di luar barisan Khofifah. 

Hanya Gus Sholah (Tebuireng) dan Kiai Asep (Amanatul Ummah) yang secara tulus menjadi simbol kiai perjuangan Khofifah. Saya sebut tulus, karena dua kiai itu tak pernah memperhitungkan materi dalam memperjuangkan Khofifah. 

Bahkan Gus Sholah mengaku ditanya oleh seseorang, apa untungnya mendukung Khofifah.

“Saya jawab, ya gak ada untungnya. Malah rugi (secara materi). Memperjuangkan pemimpin kok ditanya apa untungnya,” kata Gus Sholah kepada saya saat itu.

Yang menarik, ketika Khofifah duduk di kursi gubernur, ia tak membedakan kiai pendukung dan kiai yang tak mendukung. Sehingga tak terjadi polarisasi kiai di Jawa Timur. Tidak ada blok-blok kiai yang menimbulkan out group-in group. 

Pemimpin Tanggap Trengginas 

Ketika Khofifah terpilih sebagai gubernur Jawa Timur rintangan tak otomatis selesai. Ketua Umum PP Musliamt NU itu harus menghadapi problem berat untuk menata birokrasi Pemprov Jatim. 

Maklum, birokrasi Pemprov Jatim saat itu merupakan warisan kekuatan politik lama: Pakde Karwo. Yang sekaligus mantan lawan politik dalam dua kali pertarungan pemilihan gubernur Jatim yang cukup sengit.

Lihat juga video 'Emak-emak di Surabaya Kecewa Tak Bisa Foto Bareng Jokowi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO