​Sumamburat: Antara Kiai Ma'ruf Amin dan Tun Mahathir

​Sumamburat: Antara Kiai Ma Suparto Wijoyo.

Terhadap situasi segmental ini, saya teringat riuhnya kemenangan Tun Mahathir Mohamad dalam Pemilu Raya Malaysia, 9 Mei 2018. Dalam suasana itulah sorot mata menengok ke Malaysia dengan kemenangan yang sudah diketahui dunia. Pakatan Harapan selaku aliansi politik yang mengusung Dokter Mahathir Mohamad secara telak mengalahkan koalisi permanen yang diboyong Barisan Nasional, yang sudah mengangkangi Malaysia selama 61 tahun.

Mahathir dalam usia 92 tahun ternyata mampu menjadi magnit sekaligus pendobrak “jumawahnya” kekuasaan yang mengandalkan donyo-brono. Tun Mahathir atau Dr M meneguhkan dirinya yang amat berkelas dalam penyelenggaraan pemerintahan Malaysia. Selama 22 tahun Tun Mahathir menjabat sebagai PM, yang saat itu saya sendiri menikmati pemerintahannya melalui TVRI yang sering memberitakan melalui acara Dunia dalam Berita. Tun Mahathir sungguh mempesona. Pembangunan di Malaysia moncer memercikkan kebanggaan bagi rakyatnya dan kebanyakan kita pun ingin berkunjung melihat kemajuan Kuala Lumpur.

Setelah 15 tahun beliau mundur dengan sangat santun untuk membangun tradisi baru, pergantian kekuasaan agar tidak perlu haru-biru dengan belajar banyak pada apa yang terhelat di Jakarta dalam menyongsong 21 Mei 1998, kala itu. Tun Mahathir mengkonstruksi “kurikulum perpolitikan” yang handal untuk diletakkan dalam skala pemerintahan Malaysia. Namun seluruh PM pengganti Tun Mahathir terlihat “mengecewakan” karena semua “murid kinasihnya” tidak tampil seperti yang diharapkan. Pemilu Raya Umum 9 Mei 2018 memberikan bukti bahwa Tun Mahathir memiliki daya saing yang sangat fundamental.

Tentu banyak tokoh di negeri ini yang iri, apalagi sekadar saya. Saya memiliki “keterhanyutan hati” terhadap Tun Mahathir yangselalu terlekat dikala beliau mau dan tidak pernah saya imajinasikan, tetapi terkesan atas kondisi kesehatannya diusia 92 tahun. Selama Tun Mahathir tidak menjabat dan tidak terlibat aktif dalam berpolitik, terbaca berita atas kesehatannya yang kurang prima. 

Ternyata pada saat beliau super aktif untuk Pemilu Raya 2018 dulu itu dengan menerjunkan diri secara total dalam dunia yang salam ini membesarkan namanya, yakni politik pemerintahan untuk memartabatkan bangsa Malaysia, Tun Mahathir tampil sehat, segar, bugar, kewarasan. Dari sini kiranya dapat diambil pelajaran bahwa “drama pilpres” itu ternyata menyehatkan, dan dibutuhkan orang-orang yang sehat jiwa raganya, dan Kiai Ma’ruf Amin dapat meneladaninya di usia 75 tahun. Tun Mahathir Mohamad adalah referensi ter-update-nya.Terbukti bahwa kekuasaan politik itu dapat menjadi sarana yang menyehatkan. Kepada para paslon semuanya,wabil khusus Kiai Ma’ruf Amin, doaku selalu agar Panjenengan sehat agar “pertandingan” tidak berspekulasi atasnya.

*Dr H Suparto Wijoyo: Pengajar Hukum Lingkungan Fakultas Hukum, Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Sekretaris Badan Pertimbangan Fakultas Hukum Universitas Airlangga serta Ketua Pusat Kajian Mitra Otonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO