Dianggap Jadi Celah Pungli, Tradisi Wisuda dan Perpisahan Siswa Terancam Dilarang

Dianggap Jadi Celah Pungli, Tradisi Wisuda dan Perpisahan Siswa Terancam Dilarang Amin Wakhid, Kepala Dinas Pendidikan Kota Mojokerto. foto: YUDI EP/ BANGSAONLINE

KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pemkot Mojokerto mulai mengusik prosesi wisuda dan perpisahan kenaikan kelas di kalangan lembaga pendidikan SD, SLTP, dan SMA, setelah sekian lama menjadi tradisi.

Peninjauan tradisi yang telah mendarah daging di dunia pendidikan ini formil ini dinilai tak berdasar hukum dan hanya mengadopsi tata cara perpisahan lembaga pendidikan tinggi.

Kepada wartawan, Kepala Dinas Amin Wakhid mengaku mencium aroma alibi oknum pendidikan reguler untuk melegalkan pungutan liar.

"Saya mencari dasar aturan dilakukannya wisuda di level pendidikan dasar, menengah, dan atas serta perpisahan kenaikan kelas. Coba bantu saya mencarinya. Sebab (praktik) ini kesannya kok mencari-cari alasan dan merendahkan lembaga kemahasiswaan yang harus bersusah payah mendapatkan gelar di level perguruan tinggi," ujar Amin Wakhid, Jumat (3/8).

Mantan Kepala Lingkungan Hidup itu mengaku bingung dengan tradisi tersebut. "Terus terang saya tak habis pikir dengan tradisi wisuda dan perpisahan kenaikan kelas. Masak sekolah TK saja diwisuda, SD-SMP-SMA diwisuda lagi. Kini naik kelas 1 hingga ke kelas 6 ada perpisahan. Kesannya kok melecehkan banget gitu loh," tuturnya.

Amin mengatakan pihaknya saat ini mencari aturan main tradisi tersebut. Jika tak ada, maka pihaknya bersiap melakukan pelarangan kegiatan ini. "Kalau nggak ada, maka kegiatan ini akan kami larang. Sebab, kegiatan itu membebani orang tua wali murid saja. Sebab ujung-ujungnya duit juga," sergahnya.

Rencana peninjauan kembali wisuda dan perpisahan di kalangan lembaga pendidikan dasar ini mendapat sambutan positif dari Dwi Muji, seorang wali murid SMA 2. "Saya kira ini adalah sebuah keberanian dari sosok Kadiknas yang baru. Dan kami sebagai orang tua wali murid tentu mendukung peninjauan kembali tradisi ini," akuinya.

Ia mengungkapkan sejak anaknya TK sudah ikut dalam tradisi ini. "Selalu ada. Dan tentu saja ada tarikan untuk itu," keluhnya.

Menurut ia, meski tarikannya relatif tak banyak namun ujungnya selalu duit. "Ujungnya selalu uang belum lagi biaya untuk sewa baju segala. Karenanya ia mendukung jika aturan dikaji kembali," pungkasnya. (yep/rev) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO