Tafsir An-Nahl 106: Ikuti Ulama' yang Dibenci Nonmuslim

Tafsir An-Nahl 106: Ikuti Ulama

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .  

BANGSAONLINE.com - Man kafara biallaahi min ba’di iimaanihi illaa man ukriha waqalbuhu muthma-innun bial-iimaani walaakin man syaraha bialkufri shadran fa’alayhim ghadhabun mina allaahi walahum ‘adzaabun ‘azhiimun (106).

Di tengah brutalnya penindasan terhadap pengikut nabi, tidak sedikit sahabat yang goyah, tapi lebih banyak yang teguh iman. Usai peristiwa al-Isra' wa al-Mi'raj, penduduk Makkah terbelah tiga: yang kafir total, yang beriman total dan yang menunggu bukti. Yang ketiga ini (yang menunggu bukti) terbagi tiga juga. Sebagian tetap kafir dan mengabaikan bukti, sementara yang lain beriman setelah terbukti dan yang lain lagi munafik, lihat-lihat dulu, kelompok mana yang menguntungkan.

Awal abad ketiga hijriah, keadaan serupa mirip terulang. Umat islam dilanda fitnah teologis yang amat berat sehingga ulama'nya tidak satu paham. Ada yang komitmen terhadap islam, militan, tegas dengan tetap toleransi secara cerdas, berbatasan. Ada ulama yang loyo, berlagak tasamuh tanpa batasan yang jelas. Tindakan nahi munkar dikecam sebagai intoleransi, mencegah kemaksiatan meski dilakukan secara bijak tetap dituduh sebagai tidak menjunjung tinggi keberagaman. Mereka bermesra-ria dengan nonmuslim dan orang-orang fasik yang hobi maksiat.

Imam al-Syafi'iy yang hidup waktu itu sangat terkenan oleh penguasa. Beliau difitnah oleh sesama ulama, hingga hampir saja dihukum mati, andai tidak dibela gurunya. Al-Syafi'iy wafat pada usia 54 tahun (204 H.) secara misteri dan diduga kuat diracun. Sebelum wafat, seorang muridnya bertanya, " ketika keadaan ulama kaya begini, ulama mana yang harus kami ikuti?". Al-Syafi'iy menjawab: "Ikutilah ulama' yang dibenci nonmuslim dan kaum fasik (pemaksiat). Jangan ikuti ulama yang disukai mereka".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO