Tuntut Honor Naik, Pelipat Surat Suara Pilpres KPU Sidoarjo Mogok

Tuntut Honor Naik, Pelipat Surat Suara Pilpres KPU Sidoarjo Mogok MINTA NAIK – Sejumlah tenaga borongan pelipatan surat suara Pilpres 2014 saat menuntut honor naik, di halaman Kantor KPU Sidoarjo, Rabu (25/6/2014). foto istimewa

SIDOARJO (BangsaOnline) – Ratusan tenaga pelipatan kertas suara Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 di meminta agar honor borongan perlembar kertas surat suara dinaikkan, dari semula Rp 25 perlembar menjadi Rp75 – Rp 100 perlembar.

Tenaga borongan yang juga warga sekitar kantor KPU Sidoarjo itu pun sempat mogok kerja, pada hari kedua proses pelipatan kertas suara Pilpres 2014, Rabu (25/6/2014). "Kami meminta agar honor dinaikkan, yang sebelumnya hanya 25 rupiah menjadi 50 hingga 75 rupiah," kata Pendik (35), salah satu pekerja pelipat asal Desa Cemeng Kalang, Kecamatan Kota Sidoarjo.

Menurutnya, di beberapa daerah lain honor borongan pelipatan antara 50 hingga 100 rupiah perlembarnya. "Di daerah Jawa Tengah, honor pelipatan surat suara Pilpres mencapai 100 rupiah, saudara saya juga ada yang bekerja pelipatan suara," terangnya, sambil duduk di depan Kantor KPUD Sidoarjo Jl Cemeng Kalang No 1, Kota, Sidoarjo.

Ratusan tenaga honorer borongan juga mengancam tidak akan melakukan pelipatan jika tuntutan mereka tidak direalisasikan. "Kami satu tim sepakat tidak akan melakukan pelipatan hingga tuntutan kami dipenuhi," katanya. Pihak KPU lalu mengajak dialog para koordinator tenaga borongan pelipatan kertas suara Pilpres tersebut.

Hasilnya, KPU tetap menetapkan honor pelipatan kertas suara perlembar Rp 25. “Sejak awal sebelum pelipatan dilakukan, sudah tercapai kesepakatan kedua belah pihak, jika honor perlembar Rp 25. Jika sekarang, ada yang tidak sepakat dan akhirnya mengundurkan diri, kami tidak bisa mencegahnya,” cetus Sekretaris Sulaiman, Rabu (25/6/2014).

Kata Sulaiman, honor pelipatan surat suara Pilpres 2014 berbeda dengan pelipatan surat suara Pileg 2014 lalu. Sebab untuk surat suara Pilpres 2014, ukuran kertas lebih kecil dibandingkan dengan kertas surat suara Pileg 2014. “Sehingga pekerjaannya lebih mudah dan tidak serumit saat surat suara Pileg. Pelipatannya dua kali untuk surat suara Pilpres. Kalau Pileg, harus enam kali,”jlentrehnya.

Karena tetap memasang honor Rp 25 perlembar kertas, maka kini, sebagian tenaga borongan yang tidak mau menerima harga itu, akhirnya tidak melanjutkan kerja sehingga tinggal sekitar 150-200 tenaga borongan, dari jumlah semula 300 orang. “Dan jumlah tenaga itu sudah mencukupi untuk menuntaskan pelipatan yang kami target selesai besok Kamis (26/6/2014),” beber Sulaiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO