Tak Sebersih yang Dicitrakan, Warga DKI Ramai-Ramai Tinggalkan Ahok, Survei Terbaru

Tak Sebersih yang Dicitrakan, Warga DKI Ramai-Ramai Tinggalkan Ahok, Survei Terbaru Ahok. Foto: harian terbit

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Ternyata semakin banyak warga DKI Jakarta yang meninggalkan . Jika semula ia mengklaim punya satu juta dukungan rakyat DKI lewat Teman , kini mereka berbondong-bondong meninggalkan calon gubernur petahana yang komunikasi politiknya sangat kasar itu.

Setidaknya ini bisa dilihat dari hasil survei yang dilakukan lembaga-lembaga survei kredibel. Hampir semua lembaga survei itu melansir data bahwa tingkat elektabilitas terjun bebas dan kemungkinan besar kalah dalam pertarungan pilgub DKI.

Yang menarik, banyak alasan kenapa warga DKI Jakarta kini sudah emoh dengan . Lingkar Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA misalnya menyebut ada empat alasan warga DKI Jakarta tak lagi mau milih .

1. Karena polemik RS Sumber Waras dan isu suap reklamasi. 2. Sikap yang dianggap arogan. 3. Cukup banyak muslim yang enggan dipimpin non-muslim. 4. Pemilih menginginkan figur muda dan segar.

Memang LSI tidak menjelaskan secara rinci. Tapi dari informasi yang beredar bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, karena polemik RS Sumber Waras dan isu suap reklamasi. Ini berarti, tak sebersih yang dicitrakan media sosial selama ini. Bahkan banyak pihak yang mendesak KPK menangkap karena diduga terlibat kasus korupsi dalam proyek-proyek besar tersebut. Namun KPK yang formasi kepemimpinannya terdiri dari dua pimpinan KPK beragama Islam dan tiga pimpinan KPK non-muslim itu tak bergerak.

Kedua, sikap yang dianggap arogan. memang dikenal sangat kasar dan tanpa sopan santun. Hampir semua orang dicaci-maki, terutama yang berseberangan dengan dia. Bahkan Megawati Soekarnoputri mengaku pernah dibully oleh pendukung . Hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) yang tak pernah dicaci . Maklum, Jokowi dan Luhut tiga serangkai dengan . Baik secara politik maupun ekonomi tiga serangkai ini terjalin erat jauh sebelum Jokowi jadi presiden.

Ketiga, cukup banyak muslim yang enggan dipimpin non-muslim. Ini mudah dimaklumi karena banyak melakukan kebijakan yang merugikan umat Islam. Sumber bangsaonline.com menyebut bahwa di RSUD DKI Jakarta melakukan kebijakan yang didasarkan pada diskriminasi agama. Kepala-kepala di RSUD DKI Jakarta yang beragama Islam diganti dengan pegawai yang beragama Kristen.

Belum lagi di Rusun-rusun yang baru. Banyak penghuni Rusun melaporkan bahwa di lantai dasar Rusun selalu didirikan PAUD dari yayasan Kristen. Padahal penghuni Rusun itu warga Islam.

Keempat, pemilih menginginkan figur muda dan segar.

Nah, hadirnya Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti-Sylviana Murni menjadi alternatif yang pas bagi warga DKI Jakarta.

Merosotnya elektabilitas juga dilontarkan Direktur Eksekutif PolMark Research Center (PRC) Eep Saefulloh Fatah. Ia mengatakan tingkat keterpilihan turun. Penurunan elektabilitas didasarkan pada hasil survei yang dilakukan pada 28 September hingga 4 Oktober 2016.
Eep mengatakan, dalam surveinya pada Juli 2016, elektabilitas masih 42,7 persen. Namun dalam survei terbaru elektabilitas tinggal 31,9 persen. Tren penurunan itu terjadi sekitar tiga bulan. “Dalam rentang waktu Juli hingga Oktober ini,” kata Eep dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 5 Oktober 2016.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO