Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dalam agama dikenal tiga istilah: Iman, Islam dan Ihsan. Tiga istilah ini diajarkan secara terbuka oleh malaikat Jibril A.S. dengan cara berdialog dengan Nabi Muhammad SAW. Mulanya, Nabi bersama para sahabat dalam sebuah halaqah atau kajian agama. Tiba-tiba datang tamu tidak diundang nyelonong masuk, mendekat Nabi dan bertanya: "Beri aku penjelasan soal Iman, apa itu?.
Nabi menjawab: "Iman itu percaya kepada Allah SWT, kepada para Malaikat, Kitab suci, para rasul, hari akhir dan qadla, baik dan buruk datangnya dari Allah semata".
Tamu itu mengangguk dan membenarkan: "shadaqta" (anda telah menjawab dengan benar). Si tamu tanya lagi: "Beri aku penjelasan soal islam?".
Nabi: "Anda bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji bagi yang mampu".
Sang tamu mengangguk membenarkan: "shadaqta".
Tamu mengajukan pertanyaan ketiga: "beri kami penjelasan soal ihsan, apa itu?".
Nabi menjawab: "Ihsan itu anda menyembah Allah seolah-olah Allah ada persis di depan mata anda. Meskipun anda tidak bisa melihat Allah, tapi Allah melihat anda".