DPPKA Sumenep Dinilai Gagal, ​PAD dari Pasar tak ada Kenaikan

DPPKA Sumenep Dinilai Gagal, ​PAD dari Pasar tak ada Kenaikan Meski sejumlah pasar terlihat ramai, namun target PAD pasar tetap tidak tercapai. foto: rahmatullah/ BANGSAONLINE

SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Target capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi pasar tradisional di Kabupaten Sumenep untuk tahun ini tidak ada perubahan, sama persis seperti tahun 2015 lalu, yakni sebesar Rp 2 miliar. Padahal pasar tradisional di kabupaten paling timur Madura ini terbilang banyak, yakni hampir di semua kecamatan ada pasar tradisionalnya.

Dinas Pengelolaan, Keuangan dan Aset (DPPKA) setempat berdalih bahwa tidak bertambahnya target PAD itu diakibatkan karena target PAD sebelumnya tidak tercapai. Alasan yang dikemukakan adalah terbakarnya Pasar Anom yang menyebabkan tidak tercapainya target PAD.

“Pada tahun-tahun sebelumnya, semua retribusi terus ada kenaikan sebesar 30 persen dari target tahun sebelumnya. Sayangnya target tersebut selama kurang lebih dua tahun terakhir tidak bisa dicapai,” ujarnya Kepala Bidang Pendapatan DPPKA Kabupaten Sumenep, Imam Sukandi, Sabtu (2/1).

Dari target PAD yang ditetapkan, kata Imam, sama sekali tidak tercapai. Target PAD untuk Pasar Anom saja sebesar Rp 400 juta. Tapi akibat insiden kebakaran sebanyak dua kali, target PAD itu hanya tercapai seperlima saja.

Pasar Anom memang pernah terbakar. Kebakaran pertama terjadi pada tahun 2007 silam. Waktu itu, sebanyak 212 toko dan kios milik pedagang ludes dilahap si jago merah. Lalu kejadian kebakaran itu kembali terulang pada tahun 2014. Sebanyak 800 kios dan pertokoan rata dengan tanah setelah terbakar.

Pegiat Lembaga Kajian Kritis (LKK), Junaidi, mengatakan bahwa tidak bertambahnya target PAD dari sektor pasar merupakan kegagalan DPPKA Sumenep. Pasalnya, pasar yang selama ini aktif tidak hanya Pasar Anom, tapi masih ada pasar lain yang juga aktif tiap hari.

Selain itu, lanjut Junaidi, DPPKA mestinya juga mencari terobosan baru agar semua pasar yang tersebar di daerah daratan dan kepulaun bisa aktif, sehingga sumbangan PAD besar tidak hanya menunggu dari Pasar Anom saja, melainkan dari pasar lainnya.

“Banyak kok pasar yang berpotensi, meski tidak sebesar Pasar Anom. Kita punya Pasar Lenteng, Pasar Bangkal, Ganding, dan masih banyak pasar lainnya yang tampaknya memiliki potensi besar juga. Mengapa pasar-pasar itu tidak disentuh untuk mendatangkan PAD besar juga?” ujar Junaidi kepada bangsaonline.com.

Bahkan selama ini DPPKA terkesan lamban mengambil tindakan. Junaidi menyebut bahwa masih banyak pasar tradisional yang memerlukan perbaikan, seperti pasar yang akses jalan di dalamnya masih becek ketika musim penghujan, termasuk juga fasilitas MCK yang kurang memadai. Kondisi seperti itu dianggap menjadi bagian dari minimnya setoran PAD, karena pembeli biasanya enggan pergi ke pasar ketika kondisi pasarnya mengecewakan.

“Saya kira tidak bertambahnya target PAD itu menandakan DPPKA tidak kreatif,” tandas Junaidi. (smn2/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO