Surplus Beras, tapi Tetap Impor

Surplus Beras, tapi Tetap Impor ilustrasi panen raya

"Belum ada dampaknya (Masuknya beras impor) ke petani karena adanya di gudang Bulog," ujar Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, impor beras yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan langkah antisipasi yang tepat. Alasannya,curah hujan di bulan November masih belum normal, panen sejak Oktober pun sudah minim.

"Kalau curah hujan normal untuk musim tanam itu hujan 3 hari terus menerus, itu baru tandanya musim rendeng (musim tanam di musim hujan). Kalau sekarang itu kan hujan, berhenti, hujan, berhenti lagi," paparnya.

Curah hujan yang minim akibat el nino ini, terutama di Oktober lalu, membuat luas tanam padi hanya 1 juta hektar (ha). Hanya lahan yang memiliki jaringan irigasi bagus yang bisa memulai musim tanam sejak Oktober. "Kalau normal, Oktober itu mulai musim rendeng (luas tanam padi) bisa 2,5 juta hektar," ucapnya.

Karena itu, pasokan beras untuk akhir November dan Desember perlu diantisipasi dengan pengadaan beras melalui impor.

"Oktober-November sudah sedikit banget panen, jadi November-Desember harus diantisipasi," katanya.

Winarno menambahkan, harga gabah dan beras di tingkat petani masih tinggi. Harga gabah kering giling (GKG) saat ini Rp 6.200/kg, Sedangkan harga beras kualitas medium Rp 8.500/kg. (ssn/def/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO