Para santriwati atau siswi Amanatul Ummah Surabaya saat mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA), Rabu (5/11/2025). Tampak mereka serius dan lancar dalam menjawab soal. Foto: MMA/bangsaonline
SURABAYA, BANGSAONLINE.COM – Para murid Madrasah Aliyah dan SMA di bawah naungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) secara serentak, Rabu (5/11/2025).
Pantauan BANGSAONLINE, para murid itu tampak tenang, serius dan menatap laptop masing-masing. Mereka konsentrasi penuh, mengerjakan soal satu-persatu dengan mudah. Tak ada suara berisik, apalagi gaduh.
“Karena mereka menguasai materi. Kalau gak menguasai materi pasti ramai,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, kepada BANGSAONLINE, di sela-sela memantau pelaksanaan TKA di Sekolah Madrasah Aliyah dan SMA Unggulan Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Rabu (5/11/2025).
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah itu masuk ke kelas satu persatu. Ia sempat tanya ke beberapa siswi yang sedang serius menjawab soal.
“Bisa ya,” tanya Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu).
Mereka serempak menjawab, “bisa.”

Para siswa Amanatul Ummah Surabaya saat mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA), Rabu (5/11/2025). Tampak mereka serius dan lancar dalam menjawab soal. Foto: MMA/bangsaonline
Menurut Kiai Asep, yang paling susah dalam mengajar itu adalah mengangkat murid-murid yang nilainya rendah agar bisa mengejar teman-temannya yang cerdas dan pintar. Karena itu Amanatul Ummah tidak hanya menekankan guru meningkatkan kompetensi tapi juga harus bisa menstranfer ilmu secara baik dan ketat serta bertanggungjawab.
“Ilmu itu nur (cahaya). Anak-anak kalau sudah konsentrasi mengerjakan soal secara serius, dari wajahnya akan tampak ada cahaya,” tutur Kiai Asep.
Murid-murid Amanatul Ummah terkenal cerdas-cerdas. “Ada dosen dari Unesa bilang, kalau murid Amanatul Ummah sudah jaminan mutu,” kata Kiai Asep yang dikenal sebagai ulama dermawan.
Tak aneh, jika pada tahun 2025 sebanyak 1.258 santri Amanatul Ummah lolos di berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) dan luar negeri.
“Di sini (Amanatul Ummah Surabaya) banyak yang diterima di ITB, kedokteran Unair dan juga luar negeri,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, orientasi lulusan Amanatul Ummah memang kuliah, bukan kerja. Mereka dikondisikan untuk mengutamakan keilmuan. Kiai Asep bahkan mendorong santri-santrinya tidak berhenti pada S1 tapi terus ke S2 dan S3 bahkan guru besar.
“Karena itu saya gak mau mendirikan SMK,” tutur putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu.
Nah, dari jenjang pendidikan dan keilmuan yang tinggi itu para santri diharapkan menjadi ulama besar, pemimpin nasional dan dunia, disamping pengusaha atau konglomerat serta profesional. Karena itu Amanatul Ummah tidak hanya mendorong para santrinya kuliah tapi juga berusaha memfasilitasi dan mengantar mereka masuk perguruan tinggi.
“Jadi kita antar para santri itu sampai diterima di perguruan tinggi dan luar negeri,” kata Kiai Asep. “Sehingga tidak merepotkan para orang tua mereka,” tambahnya.

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, meninjau menu makanan para pengawas yang menjaga pelaksanaan TKA di SMA dan Madrasah Unggulan Aliyah Amanatul Ummah Surabaya. Foto: MMA/;bangsaonline.
Dr Fathur Rokhman, salah seorang guru Amanatul Ummah, mengungkapkan memang ada keistimewaan Amanatul Ummah yang tak dimiliki sekolah lain. Para lulusan SMA dan Aliyah Amanatul Ummah difasilitasi sampai bisa masuk ke perguruan tinggi.
“Kalau di sekolah lain yang mendaftarkan murid ke perguruan tinggi kan orang tuanya. Kalau di Amanatul Ummah yang mendaftarkan murid ke perguruan tinggi pihak sekolah, kita. Jadi mereka kita antar sampai ke perguruan tinggi,” kata Fathur Rokhman.
Informasi senada disampaikan Hakimul Hasan, M.Pd, guru bahasa Inggris Amanatul Ummah. Menurut dia, selagi murid ada kemauan untuk kuliah, maka pihak sekolah (Amanatul Ummah) akan terus mengupayakan sampai mereka masuk ke perguruan tinggi negeri.
“Jadi kita kawal mereka sampai masuk perguruan tinggi negeri. Bahkan tahun berikutnya kita upayakan. Kecuali kalau mereka bilang mau kerja atau sudah kerja, baru kita berhenti mengupayakan,” tutur Hakimul.
Nilai plus lainnya adalah pendidikan spiritualitas yang sulit diperoleh di sekolah umum. Pantauan BANGSAONLINE, para murid sekolah Amanatul Ummah sangat ketat dalam penerapan nilai-nilai agama. Bahkan dalam proses belajar mengajar juga dianjurkan suci dalam arti punya wudlu.
Di salah satu ruang kelas itu ada tulisan: Sudahkah berwudlu dalam proses belajar mengajar.
Yang menarik, SPP di sekolah SMA dan Aliyah Amanatul Ummah relatif murah. Hanya Rp 700 ribu per bulan.
"Dapat makan siang. Padahal di sekolah lainnya SPP-nya Rp 1.200.000 tapi tak dapat makan," tutur Kiai Asep.











