Debat Ketua OSIS SMAN 2 Batu, Ajang Demokrasi Pelajar dengan Gagasan Seribu Perubahan

Debat Ketua OSIS SMAN 2 Batu, Ajang Demokrasi Pelajar dengan Gagasan Seribu Perubahan Salah satu pasangan calon saat menyampaikan visi-misi.

KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Debat calon ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 2 Batu berlangsung meriah pada Kamis (4/9/2025) dengan mengusung tema 'Satu Pilihan untuk Seribu Perubahan'. Kegiatan ini digelar di area terbuka sekolah dan disaksikan langsung oleh ratusan siswa yang antusias menyimak jalannya debat.

Tiga pasangan calon (Paslon) tampil dalam debat tersebut, yakni Gayuh Tedja Mukti dan Melisa Nisrina (Paslon nomor urut 1), Zidane Dhuhri dan Jesicca Rexa Dona (Paslon nomor urut 2), serta Habib Wirazuda dan Fahma Nurul (Paslon nomor urut 3). Sebelumnya, ketiga Paslon telah menyampaikan visi dan misi mereka di kelas-kelas sebagai bagian dari kampanye awal.

Layaknya debat Pilkada, setiap Paslon diberi kesempatan menyampaikan gagasan di hadapan seluruh siswa. Mereka juga mengambil undian pertanyaan yang harus dirumuskan dalam waktu 30 detik dan dijawab dalam waktu 1 menit. 

Debat berlangsung dalam lima sesi dengan tema yang beragam, seperti isu kepemimpinan pada sesi pertama dan topik “circle dalam sircle” pada sesi ketiga. Tiga sesi lainnya dipandu oleh panelis yang terdiri dari guru dan ketua organisasi sekolah, yang memberikan pertanyaan kritis kepada para kandidat.

Kepala SMAN 2 Batu, Wartono, mengapresiasi kegiatan ini sebagai wujud nyata pesta demokrasi di lingkungan sekolah. 

Ia menekankan pentingnya kecerdasan pemilih dalam menentukan pilihan pada pemilihan ketua OSIS yang akan digelar pada 9 September 2025. Menurutnya, siswa harus memahami kualitas para calon agar tidak memilih secara asal.

“Ini adalah momen di mana siswa mendapat kesempatan untuk menentukan pilihannya. Melalui paparan visi dan misi, termasuk program unggulan yang disampaikan para kandidat, seharusnya siswa sudah bisa menentukan pilihannya,” ujar Wartono.

Ia juga mengingatkan agar siswa tidak terjebak dalam istilah “membeli kucing dalam karung”, yang berarti memilih calon tanpa mengetahui kapasitas dan kualitasnya secara jelas.

“Jangan sampai siswa memilih calon pemimpin yang belum jelas kualitasnya sehingga akan menyesal di kemudian hari,” jelasnya.

Lebih lanjut, Wartono menilai bahwa kegiatan debat ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi gagasan, tetapi juga sarana untuk mengasah intelegensia para calon ketua OSIS. Para Paslon diuji sejauh mana mereka mampu melontarkan ide-ide cemerlang dan merumuskan program kerja yang relevan dan berdampak.

Debat ini juga menjadi proses pembelajaran demokrasi yang penting bagi siswa. Melalui kegiatan ini, siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain, bersikap kritis, dan tidak merendahkan pihak lain dalam berkompetisi. 

Pihak sekolah berharap agar program kerja OSIS yang terpilih nantinya dapat bersinergi dengan kebijakan dan program sekolah, sehingga mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih progresif, inklusif, dan berdaya saing. (asa/mar)