
BANGSAONLINE.com - Menjelang Idul Adha, kaum Muslimin di seluruh dunia bersiap menunaikan ibadah kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Ibadah ini juga menjadi wujud keteladanan atas pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail as.
Dalam prakteknya, masyarakat memiliki pilihan untuk menyembelih hewan kurban secara individu maupun kolektif.
Namun, sering kali muncul perdebatan mengenai manakah yang lebih utama, berkurban secara individu atau bersama-sama dalam satu hewan kurban besar seperti sapi atau unta.
Sebagian orang mempertanyakan apakah berkurban secara kolektif dapat mengurangi nilai ibadah seseorang.
Hukum dan Ketentuan Kurban dalam Islam
Berdasarkan ketentuan fikih, seekor kambing atau domba hanya sah untuk satu orang yang berkurban.
Sementara itu, seekor sapi atau unta dapat diperuntukkan bagi tujuh orang.
Hal ini didasarkan pada hadits shahih dari sahabat Jabir bin ‘Abdillah ra.:
كُنَّا نُشَارِكُ الْبَدَنَةَ وَالْبَقَرَةَ، كُلُّ سَبْعَةٍ فِي وَاحِدَةٍ
“Kami dahulu pernah ikut bersama-sama dalam satu unta atau sapi, tujuh orang untuk satu hewan.” (HR. Muslim no. 1318)
Dengan demikian, secara syar’i, kedua bentuk kurban tersebut sama-sama sah dan diperbolehkan, selama niatnya adalah untuk berkurban dan bukan semata-mata membagi daging.
Pandangan tentang Keutamaan Kurban Individu
Meski keduanya sah, sebagian ulama berpendapat bahwa berkurban secara individu lebih utama, misalnya satu orang berkurban satu ekor kambing.
Sebab, kurban merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah melalui penyembelihan hewan.
Pengorbanan yang dilakukan secara pribadi lebih mencerminkan kesungguhan dan keikhlasan seseorang dalam beribadah.
Imam Nawawi rahimahullah dalam Al-Majmu’ menyatakan:
“Jika seseorang mampu menyembelih seekor kambing untuk dirinya sendiri, maka itu lebih utama dibandingkan bergabung dengan tujuh orang dalam seekor unta atau sapi, karena penyembelihan yang dilakukan sendiri lebih banyak dibanding bagian dari hewan besar.” (Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab, 8/392)
Namun, ini adalah persoalan keutamaan, bukan sah atau tidaknya ibadah.
Maka dari itu, meskipun berkurban secara individu bisa jadi lebih utama dalam kondisi tertentu, bukan berarti berkurban secara kolektif tidak memiliki keutamaan atau nilai ibadah.
Makna Sosial di Balik Kurban Kolektif
Perlu disadari pula bahwa berkurban bersama dalam satu ekor sapi atau unta membuka peluang partisipasi yang lebih luas dalam ibadah kurban.
Hal ini sangat membantu bagi kaum Muslimin yang memiliki keterbatasan finansial.
Selama syaratnya terpenuhi dan niatnya tulus, berbagai bentuk partisipasi dalam kurban tetap diterima.
Rasulullah saw. tidak menetapkan batasan spesifik dalam hal ini.
Dalam konteks sosial masyarakat, bentuk kurban kolektif bisa sangat bermanfaat dan mendatangkan maslahat yang besar.
Selain itu, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kurban bukan semata-mata pada jenis hewan atau jumlahnya, tetapi pada niat dan ketakwaan hati:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَـكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.” (QS. Al-Hajj: 37)
Ayat ini menjadi penegas bahwa nilai spiritual ibadah kurban tidak terletak pada bentuk fisiknya, melainkan pada ketulusan niat dan keikhlasan dalam beribadah.
Menjaga Adab dalam Perbedaan
Dalam menyikapi perbedaan pilihan ini, umat Islam hendaknya menjunjung tinggi adab dan saling menghormati.
Tidak sepatutnya seseorang merendahkan bentuk kurban orang lain hanya karena berbeda metode.
Baik itu berkurban kambing secara individu maupun sapi secara kolektif, keduanya merupakan ibadah yang agung di sisi Allah, apabila dilakukan dengan niat yang lurus.
Pada akhirnya, yang menjadi ukuran utama dalam ibadah kurban adalah ketakwaan dan kesungguhan hati dalam menaati perintah Allah SWT.
Jika mampu berkurban secara individu, maka itu baik. Jika hanya mampu secara kolektif, itu pun baik dan sah.
Daripada sibuk memperdebatkan mana yang lebih utama, akan lebih baik jika umat Islam saling mendukung dan mendorong sebanyak mungkin orang untuk berpartisipasi dalam ibadah mulia ini.
Karena pada akhirnya, bukan hewan kurban yang Allah nilai, melainkan jiwa yang bertakwa. (mg3)