Tafsir Surat Thaha tentang Kebutaan di Akhirat, Kajian Pakar Tafsir Dr Kiai A Musta'in Syafi'i

Tafsir Surat Thaha tentang Kebutaan di Akhirat, Kajian Pakar Tafsir Dr Kiai A Musta Dr KH Ahmad Mustain Syafi'ie. Foto: Tebuireng Online

Berbeda dengan orang kafir yang pandangan hidupnya hanyalah duniawi, uang dan kekayaan, maka uang dianggap tujuan dan puncak kebahagiaan. Dan ternyata salah. Berapa banyak tercatat mereka yang bunuh diri setelah menjadi sukses, kaya raya dan top dalam dunianya. Ya, karena tidak ada iman dan tidak ada Tuhan di dalam dirinya.

Di televisi pernah ada unggahan orang kaya yang sumpek, setelah memandangi uangnya yang menumpuk. Lalu dibagi-bagikan mendadak ke orang miskin sekitar. Baru dia merasa lega. Dia menyesali karena selama ini tidak mengerti kegunaan uangnya sendiri. Tapi tidak ada orang yang bersedekah dan menyesali kesedekahannya.

Bagi orang yang bertaqwa dan mengerti kewajiban bersedekah, maka kekayaan itu kayak kotoran dalam perut yang membahayakan. Maka cepat-cepat membuang kotoran ke WC akan memperlega dan menyehatkan. Plong dan tidak pernah terpikirkan kemana kotoran itu. Itulah tamsilan orang yang ikhlas bersedekah di jalan Allah SWT.

Mereka yang durhaka itu, ternyata di khirat nanti dia tidak bisa melihat alias buta. Lalu, mereka protes kepada Tuhan. “Ya Tuhan, dulu, waktu kami di dunia bisa melihat, kok sekarang menjadi buta..?”. “ Lim hasyartani a’ma wa qad kunt bashira”.

Yang segera dijawab oleh Tuhan, : Ya, karena dulu kalian senagaja membutaibutakan diri dan berpaling dari ayat-ayat suci Kami. Maka adil toh, sekarang kalian tidak buta dan terlantarkan..?”. “ Kadzalik, atatka ayatuna fanasitaha wa kadzalik al-yaum tunsa”.

Sesungguhnya kata “a’ma” punya dua makna, yaitu makna hakiki yang berarti buta mata, tidak bisa melihat dan makna majazi, yaitu buta hati, tidak bisa melihat kebenaran. Di dalam al-qur’an, umumnya dipakai makna majazi. Tetapi dalam dialog pada ayat ini bisa dipakai keduanya secara proporsional.

Saat di akhirat, orang-orang kafir sangat mungkin buta mata benaran, sehingga berjanan natap-natap dan tidak tahu kemana harus berlindung. Dan sesungguhnya itulah siksaan pendahuluan. Makanya mereka mengeluhkan kebutaannya tersebut berdasar kondisi mereka saat di dunia yang benar-benar sehat dan bisa melihat.

Baru sadar setelah diberi penjelasan oleh Tuhan, bahwa kebutaan mereka sekarang yang sangat menyengsarakan dan natap-natap tersebut adalah akibat dari kebutaan hati mereka kala di dunia dulu yang congkak dan tidak menerima ayat-ayat suci Tuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO