Bupati Majalengka, Wakil Ketua MPR, Anggota DPR, Siap Kawal Kiai Chalim sebagai Pahlawan Nasional

Bupati Majalengka, Wakil Ketua MPR, Anggota DPR, Siap Kawal Kiai Chalim sebagai Pahlawan Nasional Para pembicara dalam Seminar Nasional Perjuangan KH Abdul Chalim dalam rangka pengusulan sebagai pahlawan nasional di Gedung Yudha Karya Abdi Negara Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Kamis (30/3/2023). Foto: bangsaonline

Karena itu pada tahun 1921 hingga 1924 tatkala tokoh-tokoh Islam sibuk membicarakan kejatuhan kekhilafahan Utsmani (Ottoman) NU tak terlibat. Bahkan NU selalu keluar dari organisasi yang berorientasi pada khilafah.

Namun NU juga tak setuju dengan negara sekuler. Kiai As’ad Said Ali memberi contoh konsep Soekarno tentang Pancasila. “Soekarno kan sekuler. Internasionalisme atau prikemanusiaan,” kata Kiai As’ad. Dalam konsep Soekarno Ketuhanan Yang Maha Esa nomor 5.

Menurut Kiai As'ad, komitmen kebangsaan para kiai NU sanga tinggi. Karena itu ketika Indonesia bagian timur akan memisahkan diri karena dalam sila Ketuhanan ada kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", Kiai Abdul Wahid Hasyim langsung setuju dicoret tujuh kata itu.

“Dalilnya Dar ul mafasid muqaddamun ala jalbil masholeh,” kata Kiai As’ad. Artinya, menolak sesuatu yang kerusakannya besar harus diutamakan, daripada melaksanakan sesuatu yang bersifat masholih (sesuatu yang bersifat positif), tetapi kadarnya tidak lebih besar daripada mafsadat yang ditimbulkan.

“Jadi pandangan negara bangsa itu sudah ada sebelum Indonesia lahir,” kata Kiai As’ad Said Ali. Menurut Kiai As’ad, pandangan negara bangsa, yaitu negara bangsa yang beragama, itu identik dengan kiai-kiai NU, termasuk Kiai Abdul Chalim.

Anggota Komisi VIII DPR RI KH Maman Imanulhaq juga sangat antusias mendukung Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. “Kami dari Komisi VIII akan mengawal sampai Kiai Abdul Chalim jadi pahlawan nasional,” kata Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB itu.

Anggota DPR RI dua periode itu mengaku sebagai warga Jawa Barat juga sedang memperjuangkan tokoh-tokoh hebat Jawa Barat sebagai pahlawan nasional. Ia bahkan menyebut lima tokoh asal Jawa Barat yang sedang diperjuangkan untuk jadi pahlawan nasional. Diantaranya adalah Inggit Garnasih.

Tapi mantan istri Soekarno itu masih ada yang merpersoalkan, apakah saat nikah dengan Soekarno sudah cerai dengan suaminya, H Sanusi.

Kiai Maman menegaskan bahwa jasa kiai NU atau pesantren sangat besar terhadap bangsa Indonesia, terutama NKRI dan Pancasila.

Ia mengutip pernyataan Douwes Dekker yang sangat populer. “Kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan,” kata Maman mengutip pernyataan Douwes Dekker, tokoh pendidikan nasional keturunan Belanda.

Sementara Gus Bara banyak memnceritakan tentang sejarah Kiai Abdul Chalim berdasarkan disertasinya saat menempuh S3 di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Cucu Kiai Abdul Chalim yang kini Wakil Bupati Mojokerto itu mengungkapkan bahwa kakeknya saat berjalan kaki dari Majalengka menuju Surabaya memakan waktu 14 hari.

Kiai Abdul Chalim, tutur Gus Bara, mengonsumsi kunir sambil membaca Surat Yasin dan ayat Kursi selama perjalanan.

Ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto itu juga bercerita bahwa saat Kiai Abdul Wahab mendapat restu dari Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU, Mbah Wahab – panggilan Kiai Abdul Wahab – juga tak ingin memimpin sendiri. Kiai Wahab Hasbullah justru minta Hadratussyaikh yang mimpin NU.

“Guru saya yang harus pegang (NU),” kata Mbah Wahab seperti ditirukan Gus Bara. Yang dimaksud guru oleh Mbah Wahab adalah Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari.

Kenapa Mbah Wahab memasrahkan NU harus dipegang atau dipimpin Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari?

“Karena Kiai Hasyim Asy’ari punya santri yang tersebar di seluruh pulau Jawa dan Madura,” kata Gus Bara yang putra Prof Kiai Asep Saifuddin Chalim.

Menurut Gus Bara, dalam interaksi antara Hadratussyaikh dan Kiai Wahab itulah, Kiai Chalim berperan sebagai komunikator. Bahkan saat mengonsep surat undangan untuk para kiai dalam Komite Hijaz, Kiai Abdul Chalim yang mengingatkan Kiai Wahab soal tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Prof Dr Kiai Asep Saifuddin Chalim yang juga tampil sebagai pembicara dalam seminar itu membenarkan apa yang disampaikan Gus Bara. Menurut dia, Kiai Abdul Wahab Hasbullah langsung merespon apa yang disampaikan oleh Kiai Abdul Chalim itu.

“Justru itu (kemerdekaan) salah satu tujuan utama kita,” jawab Kiai Abdul Wahab Hasbullah seperti ditirukan Kiai Asep Saifuddin Chalim.

Prof Agus Mulyana mengaku takjub terhadap para tokoh yang mendukung Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasiona.. Apalagi inisiatif dukunga itu diajukan oleh Bupati Majalengka. "Saya baru kali tahu ada pengajuan pahlawan nasional diinisiasi oleh bupati," kata guru besar sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu.

Menurut dia, Kiai Abdul Chalim sangat layak diajukan sebagai pahlawan. Karena banyak sekali jejak sejarah perjuangnnya. Diantaranya, mendorong perjuangan Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan.

"Juga mengorganisir ulama dari Jawa Barat ke Jawa Timur untuk Resolusi Jihad," katanya. 

Resolusi Jihad adalah fatwa Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy'ari yang, antara lain, mewajibkan umat Islam secara syariat untuk berperang melawan penjajah. Konsekuensinya, meski senjata tentara Inggris lebih lengkap dan canggih tapi kewalahan menghadapi para kiai, santri dan arek-arek Suroboyo, yang telah terbakar fatwa Resolusi Jihad. Bahkan jenderal kebanggaan tentara Inggris, Jenderal Mallaby,  tewas ditembak santri Tebuireng. Sehingga meletus peristiwa 10 Nopember Surabaya.

Sementara Prof Dr Abdul Halim lebih banyak membahas soal teknis administratif pengusulan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu langsung minta kesiapan para tokoh dan pembicara yang hadir untuk berbagi tugas agar proses untuk memperjuangkan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional segera terwujud.

Alhasil, semua pembicara dan peserta yang hadir dalam seminar nasional itu mengakui bahwa peran dan jasa Kiai Abdul Chalim sangat besar, baik dalam sejarah berdirinya NU maupun dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. (M Mas’ud Adnan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO