​Pilbup Mojokerto, Tiga Cabup-Cawabup Bertarung, Siapa Unggul? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Pilbup Mojokerto, Tiga Cabup-Cawabup Bertarung, Siapa Unggul?

Editor: MMA
Senin, 03 Agustus 2020 21:48 WIB

Bagaimana dengan Ikbar? Gerakan Ikbar gegap gempita dan masif. Pasangan Ikfina Fahmati-Gus Barra – panggilan Muhammad Al-Barra – ini didukung Partai Nasdem (3 kursi), Demokrat (5 kursi), Hanura (2 kursi), PKS (4 kursi), PAN (2 kursi), dan Gerindra (3 kursi). 

Selama ini Ikbar paling gencar dan semarak dalam sosialisasi. Bahkan Ikbar berkali-kali mendatangkan berbagai elemen masyarakat ke Guest House Institut KH Abdul Chalim di Pacet Mojokerto. Antara lain: pengurus PCNU, MWC NU, ranting NU, Muslimat NU, Fatayat NU, takmir masjid, aparat desa, para mantan lurah, arus bawah parpol, hingga para (tahfidz) penghafal al-Quran yang jumlahnya ribuan di Mojokerto.

Ikbar juga ditopang nama besar Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, M.Ag, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Kiai Asep yang ayahanda Gus Barra itu selain dikenal sebagai kiai dermawan juga ketua umum Pergunu yang punya jaringan luas. Selain itu tentu saja Kiai Asep memiliki banyak santri sekaligus wali santri yang bisa menjadi pemilih aktif. 

Tapi siapa paslon yang unggul dan punya potensi menang? Nah, inilah yang menarik. Coblosan masih lima bulan lagi. Pilkada serentak akan digelar pada 9 Desember 2020. Jadi masih cukup lama. Semua paslon masih punya kesempatan untuk melakukan manuver politik sekaligus sosialisasi, bahkan kampanye untuk menarik simpati publik.

Uniknya, hingga sekarang belum ada yang mengumumkan ke publik siapa di antara tiga paslon itu yang memiliki popularitas dan elektabilitas paling tinggi. Akibatnya, publik juga belum tahu siapa paslon yang unggul di bumi Mojopahit itu. Bahkan publik juga belum tahu apa saja program unggulan yang ditawarkan para paslon itu.

Yang ada baru saling klaim di antara para pendukung para paslon. Misalnya, mereka mengklaim paslon yang didukungnya paling popular, paling disukai publik, paling banyak dukungan, paling tinggi elektabilitasnya dan seterusnya. Tapi tanpa disertai data akurat dan memadai. Apalagi survei!

Namun bisa jadi, para paslon itu sudah melakukan survei, tapi belum diumumkan ke publik atau hanya untuk data internal.

Dan yang lebih menarik lagi, ternyata klaim-klaim paling unggul itu tidak hanya dilakukan pendukung satu paslon. Tiga pendukung paslon itu melakukan klaim yang sama. Semua merasa paslonnya paling unggul, paling populer, dan paling memiliki elektabilitas tinggi. 

Lalu mana yang benar? Wallahu'alam. Tapi itulah faktanya. Asyik juga kan? Ya, tentu sangat asyik! Tapi sekaligus mengerikan! Kenapa? Karena klaim-klaim tanpa data akurat itu bisa mengakibatkan para paslon terbuai “angin surga” yang pada saatnya justru menjadi badai yang mengagetkan karena tak sesuai fakta. Nah ! (MMA)  

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video