Di Bojonegoro, Said Aqil Ajak Mahasiswa Waspadai Paham Radikalisme
Editor: Yudi Arianto
Wartawan: Eky Nurhadi
Kamis, 12 Desember 2019 00:24 WIB
Banyak negara berkonflik dan tidak berkesudahan seperti di Timur Tengah ini, menurut Said Aqil, pada dasarnya karena belum harmonis antara agama dan kebudayaannya. Ketika ada budaya datang, larut sehingga ada yang menerima dan ada yang menolak dengan cara radikal.
"Kita punya sikap yang moderat dan tidak kagetan, budaya barat asalkan tidak mengganggu budaya kita, kita terima. Jadi Islam Nusantara itu harmonis dengan budaya," terangnya.
Sementara, Akademisi, Kolumnis dan Penulis Buku yang juga menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut, Mundzar Fahman mengatakan, radikalisme adalah tolak pemikiran yang inginnya melakukan perubahan secara mendasar dan menyeluruh.
"Jika perlu menggunakan kekerasan untuk memenuhi tujuan tersebut," ungkapnya.
Gerakan-gerakan radikalisme ini, mulai banyak disebarkan, mulai dari kajian-kajian maupun melalui media sosial. Menurut Dewan Pakar Aswaja Center NU Bojonegoro, Agus Sholahudin, hari ini banyak aktor yang sengaja menciptakan berita hoaks untuk menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang sah.
"Hal itu jangan sampai dianggap remeh. Ideologi Aswaja ala NU ini yang mungkin tidak bisa dimanfaatkan ideologi ekstrem para pelaku untuk aksi radikalisme," tegasnya kepada ribuan mahasiswa yang mengikuti Seminar Nasional di Gedung Serba Guna, Bojonegoro. (nur/ian)