GoFood, Napas Baru Wartik Saat Pandemi

GoFood, Napas Baru Wartik Saat Pandemi Wartik, pemilik "Warung Nasi Campur Babe" saat menyerahkan pesanan kepada driver Gojek untuk diantar kepada pelanggan.

Harus diakui, masih banyak masyarakat kita yang gagap teknologi (gaptek) alias asing dengan gawai berteknologi tinggi. Wartik pun yang sudah tiga bulan belakangan menggunakan aplikasi untuk menerima orderan, terkadang masih bingung mengoperasikannya.

“Kadang ada driver yang minta ditunjukkan rincian orderan, saya masih bingung, akhirnya minta tolong anak saya,” ungkap Wartik.

Untuk memperluas informasi terkait pendaftaran mitra itu, bisa menyebar selebaran brosur untuk menyosialisasikan terkait cara bergabung menjadi mitra . Caranya, memanfaatkan mitra driver atau Gocar. Beri saja tiap-tiap driver dan Gocar lima brosur, untuk dibagikan kepada warung atau PKL yang belum menjadi mitra . Jika jumlah mitra driver ada 2 juta orang, maka sudah 10 juta brosur yang tersebar. Maka, akan lebih banyak lagi warung yang terbantu dengan menjadi mitra .

Apalagi, di aplikasi sudah ada fitur ‘Pesan dari UMKM’, yang memungkinkan pengguna untuk memilih makanan dan minuman dari pelaku UMKM.

Menurut Chief Food Officer Group, Catherine Hindra Sutjahyo, fitur ‘Pesan dari UMKM’ itu memang untuk mendukung kelangsungan bisnis kuliner lokal, agar mampu bertahan di masa pandemi. Melalui fitur tersebut, mengajak masyarakat bersama-sama memesan makanan dan minuman melalui mitra-mitra UMKM yang tersedia.

Bahkan, pengguna dapat mengeksplorasi warung UMKM berdasarkan lokasi terdekat atau favorit pelanggan. Menurut Catherine, fitur ini merupakan bentuk komitmen untuk terus berinovasi.

“Tidak hanya untuk meningkatkan pengalaman pelanggan bersantap kuliner, namun juga untuk terus berperan mendukung UMKM,” kata Catherine.

Memang, tidak ada yang menyangka telaknya pukulan dampak pandemi, khususnya bagi UMKM. Namun sisi positifnya, pandemi membawa berbagai inovasi digital. Apa yang dialami Wartik merupakan salah satu contoh nyata kebangkitan UMKM di masa pandemi melalui digitalisasi.

Mungkin Wartik belum sesukses pelaku UMKM lainnya, yang telah lebih dulu berjualan makanan melalui atau layanan pesan antar lainnya. Namun setidaknya, bergabung menjadi mitra sudah memberinya napas baru.

Atau mungkin inilah awal dari kesuksesan Wartik?

Yang jelas, upaya digitalisasi yang telah dilakukan melalui patut diapresiasi, termasuk oleh pemerintah. Sebab, telah memberikan harapan baru bagi UMKM.

Pemerintah pun bisa memperkuat langkah digitalisasi yang dilakukan ini melalui kolaborasi. Misalnya, menyinergikan program Bantuan Tunai untuk Pedagang Kaki Lima dan Warung (BTPKLW) yang saat ini sedang digencarkan pemerintah, untuk mendukung digitalisasi UMKM.

Bantuan berupa uang Rp1,2 juta untuk warung dan PKL pada program BTPKLW itu, bisa dialihkan menjadi bantuan smartphone. Selanjutnya, para PKL dan pemilik warung penerima bantuan itu, difasilitasi untuk mendaftarkan usahanya di .

Bagaimana dengan PKL dan pemilik warung yang sudah mempunyai smartphone?

Bantuan Rp1,2 juta itu bisa dirupakan subsidi berbentuk diskon untuk makanan dan minuman yang mereka jual melalui . Sehingga, pengguna dapat membeli makanan dan minuman dari UMKM dengan harga yang lebih murah, namun penjual (mitra ) tetap mendapatkan pemasukan sesuai harga dasar yang ditetapkan (sebelum didiskon).

Bantuan berbentuk program digitalisasi ini tentu akan lebih efektif untuk memberdayakan UMKM, daripada bantuan berupa uang tunai yang rentan menyebabkan para penerima menjadi ketergantungan.

Semoga ke depan semakin banyak ‘Wartik-Wartik’ lain yang membagikan cerita bahagianya, karena telah mampu melewati masa sulit selama pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO