Penempatan Monumen Tugu Lontar di Perempatan Kebomas Salah Alamat

Penempatan Monumen Tugu Lontar di Perempatan Kebomas Salah Alamat Gilang Adiwidya (45), menunjukkan tugu lontar yang baru dibangun oleh PT. Smelting. foto: ist.

“Akhirnya Raja Brawijaya pun mengakui kebesaran Kerajaan Giri. Sejak saat itulah daerah di sekitar Telaga Pegat dijuluki sebagai daerah Kebomas. 'Kebo' yang berarti 'Kerbau' dan 'Mas' yang berarti 'emas'," ungkap Gilang.

Karena itu, tambah Gilang, diresmikannya Tugu Lontar di perempatan Kebomas oleh Bupati Sambari Halim Radianto baru-baru ini, bisa merubah filosofi Kebomas. Ia sebagai masyarakat Giri mengaku prihatin.

"Mengapa? Karena tidak mewakili sejarah dan budaya, khususnya di Kebomas, alias salah penempatan. Tugu Lontar seharusnya ditempatkan di perempatan Sentolang, bukan di perempatan Kebomas, karena keberadaan pohonnya banyak di daerah sana," katanya.

"Seharusnya yang ditempatkan di perempatan Kebomas adalah Kebo Emas, seperti kata Mas Rukhin (47), seorang pandai besi di jalan Sunan Giri No .1 Kelurahan Kebomas Kecamatan Kebomas saat saya datangi," tambahnya.

Pada kesempatan ini, Gilang juga menyorot rencana bupati yang akan membangun Monumen Gardu Suling (Garling) di perempatan Gedung Nasional Indonesia (GNI), Jalan Pahlawan. Ia meminta agar pembangunan monumen itu dibatalkan.

"Sebab, lokasinya di depan pintu masuk gerbang utama kawasan Wisata Religius Makam Pusponegoro dan Makam Malik Ibrahim. Seharusnya, di sana dibuatkan Gapura Raksasa mewakili Kampung Gapura dengan ornamen Gapuro Poesponegoro Bupati Pertama Gresik," pungkasnya. (hud/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO