​Pilwali Surabaya 2020, FomDem: Surabaya Butuh Sosok Berani dan Bersih seperti Awey

​Pilwali Surabaya 2020, FomDem: Surabaya Butuh Sosok Berani dan Bersih seperti Awey Rusman Hadi, Ketua FomDem. foto: istimewa

Rusman menambahkan untuk menggantikan kepemimpinan Risma, butuh pemimpin yang bersih. Sebab kalau bersih, tidak memiliki catatan hukum sebelumnya dia pasti akan berani melahirkan kebijakan-kebijakan besar yang pro rakyat. Tentunya juga harus mengerti persoalan Surabaya.

Rusman juga mengatakan, Awey sangat berpotensi dalam memimpin Kota Surabaya. Kiprahnya selama lima tahun di DPRD Kota Surabaya membuat Awey banyak dikenal masyarakat. Termasuk saat Awey maju sebagai Caleg DPR RI dari Partai Nasdem meski tidak berhasil lolos ke Senayan, tapi dia meraih suara terbanyak di internal Caleg di NasDem dan bersaing ketat dengan Caleg Partai lain dalam memperebutkan kursi terakhir.

"Tentu itu cukup sebagai modal awal maju Pilwali, apalagi ia juga memiliki pengalaman organisasi, ia kan mantan aktifis pergerakan era 98 juga sebagai salah satu Ketua PP PMKRI," tandas mantan Bendahara Umum PMII Jatim tersebut.

Rusman melanjutkan, Awey yang merupakan politisi Partai Nasdem itu pun sudah running sebagai kandidat. Ini menunjukkan ia punya komitmen untuk maju, tidak sekedar mencarai popularitas. Selain daftar di Partai NasDem, Awey juga mendaftar ke PSI dan Gerindra yang memang sudah membuka pendaftaran untuk kandidat pilwali Surabaya.

Menurut Rusman, Awey harus berkompetisi dengn kandidat lain, diantaranya Wakil Walikota Surabaya (Whisnu Sakti Buana) Kepala Bappeko Pemkot Surabaya (Eri Cahyadi) ada juga Birokrat Pemprov Jatim sekaligus Keponakan Menko Polhukam, Mahfud MD (Firman Syah Ali), Firman bahkan sering turun diberbagai acara masyarakat di Kota Surabaya, khususnya pada kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kemudian tak ketinggalan juga ada Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, yang merupakan puteri dari politisi senior PPP, KH. Masykur Hasyim sekaligus keponakan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.

Berikutnya ada KH Zahrul Azhar Asaad atau yang akrab disapa Gus Hans, politisi Partai Golkar sekaligus mantan Jubir Khofifah-Emil saat Pilgub Jatim 2018 kemarin. Ada juga sosok pengacara muda yaitu M. Sholeh.

"Kompetisi dengan kandidat lain dan lobby politik untuk mendapatkan rekom partai adalah hal lumrah yang memang harus dilalui. Apalagi Surabaya adalah kota besar kedua setelah ibukota. Jadi wajar banyak yang berminat memimpin Surabaya," pungkasnya. (mdr/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO