Menurut Haedar, sudah menjadi tradisi bila warga Muhammadiyah tidak mengenali makam tokohnya. "Tradisi di Muhammadiyah itu memang tidak terlalu mengenal tokohnya dikuburkan di mana, mungkin saking puritannya," kata Haedar.
Menurut Haedar, peristiwa hilangnya makam Ki Bagus Hadikusumo ini jadi pelajaran bahwa menghargai tokoh itu memerlukan ziarah kubur. Apalagi hukum ziarah kubur sunnah. "Yang tidak boleh mengeramatkan kubur tersebut," kata Haidar.
Ia mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengajarkan, jika berziarah kubur maka ingatlah kematian. Menurut Haedar, ziarah dapat digunakan mengenang teladan orang dan mengikuti amalnya. "Itu tradisinya, tetapi sekarang mulai ada pemahaman bahwa ziarah kubur itu perlu juga," katanya.
Prof Dr Syafiq Mughni, mantan ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur juga berpendapat serupa. “Sekarang orang Muhammadiyah ziarah kubur itu biasa. Bukan sesuatu yang asing. Kalau dulu kan nampak asing,” kata Syafiq Mughni sembari mengutip hadist yang menganjurkan ziarah kubur dalam seminar bertajuk "Sinergi NU-Muhammadiyah" di Yogyakarta (6/2/2016).
Menurut Syafiq Mughni, pada prinsipnya kini sudah tidak ada lagi perbedaan antara NU dan Muhammadiyah. “Jadi semakin tidak ada lagi perbedaan signifikan yang membuat NU dan Muhammadiyah berjarak,” tegas mantan rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang kemudian diangkat sebagai salah satu ketua PP Muhammadiyah itu, dikutip Islamindonesia.co.id.
KH A Mustofa Bisri (Gus Mus), mantan Plt Rais Aam Syuriah PBNU juga sependapat. “Sekarang orang Muhammadiyah ziarah kubur ya biasa, orang NU juga tidak qunut ya biasa,” kata kiai yang juga penyair itu.
Faktanya, banyak sekali hadits shahih yang menganjurkan ziarah kubur. Di antaranya: Berziarah kuburlah, sesungguhnya hal itu akan mengingatkan kalian terhadap akhirat. (HR Muslim).
Namun warga NU banyak mengutip hadits Rasulullah SAW: Dulu aku pernah melarang kalian ziarah kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur, karena ziarah kubur itu dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian terhadap akhirat, namun jangan mengatakan perkataan yang tidak layak ketika ziarah kubur (HR Al Hakim). Dan masih banyak lagi hadits yang menganjurkan ziarah kubur.
Memang, NU dan Muhammadiyah secara prinsip tak ada perbedaan. Karena itu Gus Dur selalu mengatakan bahwa batang tubuh umat Islam Indonesia itu adalah NU dan Muhammadiyah. Bahkan Prof. Dr. Nurcholis Madjid (Cak Nur), cendekiawan Muslim terkemuka, pernah menyatakan bahwa pada 2025 nanti Islam akan mencapai puncak kejayaannya ketika NU dan Muhammadiyah bisa berinergi secara baik. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News