Kisah Asmara Sesama Jenis Latari Kasus Mutilasi Guru Honorer di Blitar, Pelaku Menangis Minta Maaf

Kisah Asmara Sesama Jenis Latari Kasus Mutilasi Guru Honorer di Blitar, Pelaku Menangis Minta Maaf Aris Sugianto dan Azis, dua orang pelaku mutilasi Budi Hartanto dihadirkan Polda Jatim di depan awak media saat menggelar rilis, Senin (15/4). foto: ANATASIA/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pelaku pembunuhan dan terhadap Budi Hartanto, seorang guru tari sekaligus honorer Pemkab Kediri, menangis sesenggukan saat dihadirkan di hadapan awak media di Mapolda Jawa Timur, Senin (15/4). Aris Sugianto (AS), salah satu pelaku pembunuhan, mengaku menyesal telah menghabisi Budi Hartanto, dengan cara-cara sadis.

"Saya menyesal, saya minta maaf kepada keluarga korban, saya khilaf," kata Aris didampingi Azis Prakoso, pria yang juga ikut membunuh Budi Hartanto, saat rilis pengungkapan kasus pembunuhan mayat dalam koper oleh Ditreskrimum Polda Jawa Timur, Senin (15/4).

Aris berjanji akan mendoakan korban diampuni dosa-dosanya. "Saya di sini hanya bisa berdoa agar almarhum diampuni dosa-dosanya dan ditempatkan bersama orang-orang yang beriman," ucapnya sambil sesenggukan.

Dalam rilis kasus tersebut, kedua pelaku yakni Azis (AJ) dan Aris (AS) ditunjukkan kepada wartawan. Keduanya mengenakan baju tahanan dan dalam kondisi diborgol. Azis dan Aris berhasil diamankan setelah 10 hari diburu polisi. Azis diamankan di Kediri, sementara Aris diamankan di Jakarta Kamis malam pekan lalu.

Azis diketahui adalah pria berusia 23 tahun, warga Jalan Merak, Desa Ringinrejo, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Sementara Aris yang berusia 34 tahun itu tercatat sebagai warga Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Seperti diketahui, jasad Budi Hartanto ditemukan oleh pencari rumput di pinggir sungai bawah Jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Blitar, Jawa Timur, Rabu (3/4/2019). Jasad Budi Hartanato ditemukan dalam koper dengan kondisi tanpa kepala dan tanpa busana.

Dalam penyelidikan kasus ini, polisi berhasil menguak sejumlah fakta. Yang mengejutkan adalah adanya motif asmara di balik pembunuhan kejam ini. Cinta di antara para lelaki hingga berujung perenggutan nyawa.

Dalam rilis kemarin terungkap bahwa Aris mengaku sudah berhubungan badan dengan korban Budi Hartanto sebanyak tiga kali.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Brigjen. Pol. Drs. Toni Harmanto, M.H membenarkan bahwa tersangka Aris ada hubungan khusus dengan korban . Untuk yang keempat, tersangka bertengkar dengan korban karena masalah uang yang dijanjikan tersangka.

"Dari keterangan dan fakta hukum yang kita dapatkan, ada hubungan antara korban dan pelaku, di mana telah beberapa kali melakukan hubungan sesama jenis sebanyak 3 kali. Dan di kali kempat, kebetulan kali ke empat ini karena prosesnya juga bukan suka sama suka, tetapi juga karena ada proses pembayaran dengan imbalan sejumlah uang," kata Waka Polda Jatim, Brigjen Pol Drs.Toni Hermanto. M.H didampingi Kabid Humas Kombes Pol Barung Mangera, Ditreskrimum Polda Jatim Komber Pol Gupuh Setiyono dan Kasubdit Jatanras AKBP Leonard Sinambela.

Menurut Toni, korban dijanjikan uang oleh tersangka AS setelah melakukan hubungan badan. Lantaran tidak dipenuhi terjadi pertengkaran.

"Yang membayar adalah As," ujarnya.

Tersangka mengaku tidak ada niat merencanakan pembunuhan tersebut. "Saya nggak ada niat, spontan saja, ada pertengkaran masalah uang yang saya janjikan," kata tersangka Aris.

Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Gupuh juga mengatakan pertengkaran itu dipicu oleh masalah keuangan.

"Dia mau ngasih ke korban, ternyata yang bersangkutan tidak memiliki uang lalu pinjam kepada AJ. Namun AJ juga tidak memiliki uang, lalu korban marah-marah. Di situ diingatkan sama saudara AJ, namun menurut keterangan AJ, korban tidak terima dan menampar AJ sembari mengatakan 'bahwa ini bukan urusan kamu','' tutur Kombes Pol Gupuh.

Setelah melakukan pertemuan di kamar, lanjut Gupuh, korban keluar sambil marah-marah. Selanjutnya korban, sebagaimana pengakuan AJ, mengambil golok.

"Menurut keterangan AJ, korban mengambil pisau ini yang kebetulan terletak di dalam balai-balai tempat duduk di luar, lalu diayunkan kepada AJ, tapi ditangkis dan golok bisa direbut AJ. AJ kemudian menyabitkan golok ke lengan kiri korban. Korban kemudian teriak-teriak minta tolong sampai terjongkok terpelungkup. Dan di situ dilakukan pembacokan berkali-kali oleh AJ dibantu AS," terang Gupuh.

Sementara mengenai proses , Gupuh menerangkan, sesuai keterangan pelaku, saat korban sudah meninggal, korban dimasukkan ke koper namun tidak cukup. Korban lalu dikeluarkan lagi dari koper, kemudian AS mendorong untuk dipotong saja kepalanya.

"Koper ini ambil dari rumah AS dan tas ini milik ibunya. Dan bilang ke ibunya bahwa kopernya dijual. korban ini memiliki uang 600 ribu di dompetnya, lalu ditunjukkan uang 600 ribu untuk bukti menjual koper. Dia membohongi ibunya," imbuhnya.

Korban dan pelaku sendiri diketahui berkenalan melalui aplikasi wot.net sejak bulan Juli 2018.

Sementara mengenai proses penangkapan para tersangka, Gupuh menuturukan pihaknya bekerja sama dengan Polda Metrojaya. Di mana, tersangka dikabarkan akan ke Jakarta setelah kejadian.

"Tersangka ke Ngawi tanggal 10 dan pesan tiket ke Lampung untuk tanggal 11. Kemudian kami kejar dan dilakukan pengembangan tersangka ke Lampung dengan menggunakan bis umum. Kami ikuti informasinya dari saudaranya yang di Ngawi,  dan mendapat keterangan tersangka sejak tanggal 7-10 April ada di Ngawi, lalu tanggal 11 dia berangkat. Kemudian kami informasikan ke teman-teman Polda Metro Jaya," jelasnya.

Di sisi lain, permintaan maaf pelaku kepada keluarga korban mendapat reaksi. Nasuka, paman Budi Hartanto, mengemukakan pihak keluarga korban belum bisa memaafkan perbuatan para pelaku yang telah me keluarganya.

"Yang jelas belum bisa memaafkan sekarang. Tidak tahu kalau besok-besok, siapa orangnya yang terima anaknya diperlakukan begitu bisa memaafkan," ungkap Nasuka, Senin (15/4).

Nasuka menegaskan, pihak keluarga telah menyerahkan sepenuhnya pengusutan dan penanganan kasus keluarganya kepada aparat kepolisian. "Keluarga telah memasrahkan kepada aparat di polda," tambahnya.

Sebelumnya, Nasuka juga mengemukakan para pelaku dihukum yang setimpal dengan perbuatannya. Karena perbuatanya dilakukan pelaku sangat sadis.

"Tuntut para pelaku dengan seadil-adilnya. Karena perbuatannya sudah tidak manusiawi lagi," tandasnya. (ana/lan)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO