​Mantan Komandan Satkornas Banser: Anak PMII yang Laporkan Kiai Asep Jangan Su’ul Adab

​Mantan Komandan Satkornas Banser: Anak PMII yang Laporkan Kiai Asep Jangan Su’ul Adab H Abdul Muchit, SH, Komandan Satkornas Banser ke-4 dalam suatu acara. Foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Komandan Satuan Koordinasi Nasional Barisan Ansor Serbaguna (Satkornas Banser) ke-4 H Abdul Muchit SH, menilai manuver politik Abdul Hamid, Ketua Umum Jaringan Alumni Muda Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (JAMPI) yang melaporkan Dr KH. Asep Saifuddin Chalim ke Polda Jatim telah kebablasan dan tak mengerti kultur NU.

”Kalau dia anak PMII mestinya paham kultur NU. Gak ada sejarahnya anak PMII berani melaporkan kiai ke polisi. Tugas PMII itu sama dengan Banser yaitu menjaga dan membentengi kiai dan ulama. Cuma anak PMII itu umumnya dari segmentasi mahasiswa yang seharusnya lebih banyak menonjolkan intelektualitas. Kalau dia manuver politik seperti itu dia jelas bukan akhlak PMII dan NU. Ingat, sehebat apapun perbedaan pendapat dan politik kiai NU tak pernah ada tindakan melaporkan kiai ke polisi. Saya ingatkan kepada teman-teman PMII, jangan sampai diperalat kelompok tertentu di luar NU hanya untuk kepentingan sesaat dan menghancurkan kultur NU,” tegas Abdul Muchit yang kini Wakil Ketua Pagar Nusa Jawa Timur kepada bangsaonline.com, Kamis (14/6/2018).

Mantan Wakil Ketua Gerakan Pemuda (GP) Pengurus Wilayah Ansor Jawa Timur ini minta jangan sampai Abdul Hamid jatuh kepada perbuatan yang dalam kultur NU disebut s’uul adab. ”Kalau orang pernah mondok dan pernah nyantri pasti tahu itu su’ul adab,” katanya. Su’ul adab adalah perilaku tak punya sopan santun terhadap kiai atau guru sehingga ia pongah, arogan dan sombong. ”Para santri dan kiai umumnya sangat menghindari prilaku su’ul adab itu. Umumnya santri malu berprilaku su’ul adab,” kata Muchit yang pernah jadi Ketua Carateker Ketua GP Ansor Jatim.

Seperti diberitakan, Abdul Hamid melaporkan Kiai Asep Saifuddin Chalim karena mengeluarkan seruan fatwa fardlu ‘ain mendukung Khofifah Indar Parawansa. Abdul Hamid menilai Kiai Asep telah menyebarkan ujaran kebencian melalui fatwa tersebut. Seruan fatwa itu dikeluarkan di Pacet bersama 400 kiai, habaib, dan masyayikh.

"Ada muatan ujaran kebencian dalam fatwa fardhu ain. Kiai Asep menyebut jika orang mukmin tidak memilih Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dalam , maka sama dengan berkhianat pada Allah, Rasulullah dan orang mukmin. Pernyataan itu juga disertai hadits," kata Abdul Hamid setelah melapor ke Subdit V Cybercrime Ditreskrimsus Polda Jatim, (Rabu,13/6).

Abdul Muchit menegaskan, jika Abdul Hamid mengaku kader PMII seharusnya melakukan muhasabah (instrospeksi-red) karena perbuatannya ini bertentangan dengan kultur NU yang seharusnya kita jaga.

”Jangan membabi buta hanya karena urusan politik. Menjaga kultur NU lebih penting dan harus jadi dasar kuat dalam berpolitik. Apalagi Kiai Asep itu adalah putra dari salah satu pendiri NU yaitu Kiai Haji Abdul Chalim. Saya kira kalau Abdul Hamid tahu siapa saja pendiri NU dan dia benar-benar kader PMII pasti segera minta maaf kepada beliau,” katanya.

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO