​Sumamburat: Meregang Sukma Biota

​Sumamburat: Meregang Sukma Biota Suparto Wijoyo.

Siapa yang belum pernah ke Teluk Balikpapan, bolehlah saya menuangkan kenang dengan menjelaskan sekilas saja. Teluk Balikpapan merupakan ekosistem yang tersambung dari barat Selat Makasar dengan sapaan nuansa barat daya Samudera Pasifik. Menyaksi penuh takjub utara Kota Balikpapan yang dari arah selatan Penajam yang terangkai membarat ke Penajam Paser Utara dan menyuguhkan angin mamiri di timur Selat Makassar.

Betapa kecil manusia pada ruang maritim untuk menatap mentari di pagi, siang apalagi petang hari, waktu sunset. Indah kelok dalam balutan rimbunnya hutan mangrove, bakau yang memagari dengan cintanya. Bekantan bergelantung menyunggingkan senyum dan melantunkan pepujian terhidmat.

Terang matahari terkadang terselimuti mendung dan bekantan memanggil dalam cengkrama yang “menyujudkan sukma” siapa saja yang tengah hadir di “lorong” Teluk Balikpapan.

Sukmaku memantul menggapai setiap daun, ranting, batang, dan pohon yang melambai dengan deburan ombak perahu mesin yang membawa penumpang. Pesut dan duyung sejatinya hadir mengikut serta di samping buaya yang menyeringai tanda sigapnya. Semua berkerumun dalam habitat Teluk Balikpapan agar saling menjaga sukma sucinya. Datanglah ke Teluk Balikpapan dalam “hening di keramaian”, selaksa engkau mendengar keajaiban setiap panggilan makhluk terdekat.

Dari luapan airnya dan keluasan cakrawalanya, Teluk Balikpapa menguntai ayat-ayat Tuhan betapa kehidupan ini “saling membutuhkan”. Fenomena alam di Teluk Balikpapan selalu membeber tanda-tanda bahwa kehidupan ini memang tetap menyimpan misteri tentang kapan saatnya kembali (mati). Buku Life: Its Origin and Nature yang ditulis Hereward Carrington tahun 1923 saat ini menarik kembali untuk saya baca lagi.

Tentang manusia, alam semesta, organisme, hingga kelahiran dan kematian, memanglah penuh misteri, semisteri kematian biota air Teluk Balikpapan yang tidak pernah merancang kapan dijemput maut oleh minyak yang semburat. Tetapi ingatlah bahwa misteri itu dapat diakhiri dengan penegakan hukum lingkungan (environmental law enforcement). Lakukanlah demi sukma sesama flora nan fauna Teluk Balikpapan. 

Penulis: Pengajar Hukum Lingkungan Fakultas Hukum & Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga. 

*Dr H Suparto Wijoyo: Pengajar Hukum Lingkungan Fakultas Hukum, Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Sekretaris Badan Pertimbangan Fakultas Hukum Universitas Airlangga serta Ketua Pusat Kajian Mitra Otonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO