SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Madi seorang penarik becak menjadi pegiat seni dan sastra di Surabaya. Siapa sangka sosok tukang becak ini, juga dikenal sebagai penggiat sastra dan seni.
Cak Madi, begitu sapaan akrab, tinggal di Karang Tembok, Surabaya Utara. Penarik becak menjadi profesinya tidak menyurutkan hasrat dan keinginan untuk menulis dan berkesenian. Justru dari profesinya tumbuh ide-ide untuk berkarya.
BACA JUGA:
- Pantatnya Diremas Penonton, Biduan di Sragen Lapor Polisi
- Perjalanan Fathurrohman Hartono, Pelukis Sketsa yang Bisa Terawang Kehidupan Seseorang
- Tiga Hari di Turki, Pelukis Sket Hamid Nabhan Jadikan Tempat Peninggalan Bersejarah sebagai Obyek
- Gubernur Khofifah Optimis PSLI 2022 Jadi Resonansi Bangkitnya Ekonomi Kreatif dan Industri Seni
Bapak dari 4 orang anak ini sukses membawa anak pertama hingga lulus D-1 PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) fokus Desain di ITS Surabaya melalui pekerjaannya menjadi penarik becak.
Cak Madi menuturkan bahwa dirinya membecak sejak tahun 2004 yang sebelumnya berprofesi sebagai juru foto keliling yang masih menggunakan kamera film, saat itu. Sejak beredar handphone yang berfitur kamera, jasanya sebagai juru foto keliling mulai surut pelanggan.
"Suatu saat saya berbincang dengan seorang teman yang mengatakan, Nek awakmu rai gedhek gowoen motor tank (becak) iku!," terang Madi kepada Bangsaonline.com.
Kemudian, dengan sederhana istrinya menjawab keinginan Madi untuk mencari nafkah dengan mbecak, "Selama itu halal silakan, mas!" jawab istrinya kepada Madi. Madi sangat bersyukur saat bercerita kepada Bangsaonline.com.
Madi semenjak muda suka menulis puisi bahkan sampai terkumpul menjadi satu buku. Menurutnya, gagasan-gagasan itu banyak muncul ketika mbecak, baik saat menunggu penumpang bahkan saat mengantarkan penumpang. Gagasan itu semakin banyak juga karena buku puisi yang ditaruh di atas lemari basah dan tidak bisa dibaca saat kejatuhan air bocoran genteng saat hujan.
Bahkan, Madi mengibaratkan bahwa menulis itu layaknya rasa lapar yang harus segera dituntaskan. Madi mengakui bahwa kegemarannya menulis tidak langsung disambut baik oleh keluarga terutama istri. "Membaca, menulis, menggambar, lihat ke belakang pancinya akan rusak" kata istri Madi.