​Cak Madi, Penarik Becak yang Seniman

​Cak Madi, Penarik Becak yang Seniman Cak Madi, saat tampil membacakan puisi. foto: istimewa

Hal tersebut tetap tidak menyurutkan semangatnya. Bagi dirinya, hal tersebut harus ditanggapi sebagaimana pepatah 'tak kenal maka tak sayang'. Maka Madi dengan rajin mengenalkan puisi-puisi karyanya kepada istri yang lama-lama istrinya mulai memakluminya.

Di samping menulis puisi pada umumnya, Madi juga menulis geguritan, puisi bahasa jawa dengan subdialek Suroboyoan dan pernah dimuat majalah Joyoboyo.

Sedangkan tulisannya yang lain berupa opini tentang perbecakan pernah dimuat oleh Kompas biro Jawa Timur. Kumpulan opininya kini telah dibukukan pada tahun 2012 dengan judul "Pledoi Becakan".

Pada tahun 2017, kali pertama Madi menggalakkan literasi dengan membaca puisi di atas becak yang dituliskannya "Ayo Membaca" saat Car Free Day Darmo. "Ketika saya membaca puisi, saya tidak tahu kenapa banyak orang memberikan saya uang" terang Madi kepada Bangsonline.com. 

Dengan begitu Madi berinisiatif untuk meneruskan hal demikian dan mengumpulkan uang hasilnya membaca puisi untuk membeli buku. Pada tanggal 21 Maret 2017, buku-buku yang dibelinya didonasikan kepada rekan-rekan becakannya di Jembatan Merah. Sampai saat ini Madi dapat dijumpai ketika Car Free Day Darmo, di sana dia tidak lagi membacakan puisi tapi mematung dengan merias diri seperti aktor pantomim dan mengenakan kostum yang unik.

Beberapa waktu lalu, bersama seniman se-Surabaya Madi menyelenggarakan acara sastra untuk membangkitkan lagi animo dan geliat sastra Surabaya di bawah Bengkel Sastra, salah satu devisi dari komunitas Bengkel Muda Surabaya. (*)

bergaya pantomim saat car free day di Raya Darmo. foto: istimewa

Sumber: *M. Ainur Roofiqi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO