Rela Seperti Laki-laki demi Novel So,…

Rela Seperti Laki-laki demi Novel So,… dr Evy Ervianti SpKK(K)

d

 

Surabaya punya novelis yang karya-karyanya cukup ditunggu pembacanya. Ia adalah Evy Ervianti, seorangdokter Spesialis Kulit dan Kelamin di RSU dr Soetomo Surabaya. Novel pertama karyanya berjudul Me, Him and Labuan Bajo yang dirilis tahun 2007, novel kedua berjudulIF dicetak tahun 2009, dan novel teranyarnya berjudulSo,... yang baru saja dicetak (2014).

Dan novel ketiga yang ditulis ibu tiga anak ini, menjadi novel yang special. “Pembaca novel ke dua saya banyak marah dan galau. Mereka meminta sekuelnya karena tidak puas dengan ending di novel ke dua. Padahal, ceritanya happy ending. Tidak tahu kok banyak yang tidak suka. Saya jadi bingung bagaimana membuat sekuelnya. Tapi Alhamdulillah, akhirnya kelanjutan novel ke dua ini akhirnya selesai,” ungkap Evy, saat pre launching Novel So,… di Surabaya.

Salah satu kegalauan pembaca novelnya, seperti yang diungkapkan Arum Galih dalam blognyahttp://arumgalih.blogspot.com. Ia menulis : “Hhhhh. Perasaan gue sekarang lagi porak-poranda banget nih. Kacau balau. Gara-gara abis baca novel IF, gue jadi kebawa banget. Dan jujur aja ya, gue nangis baca novel ini. Ya, gue nangis walaupun sekarang ini bukan ke 1 kalinya gue nangis karena baca novel. Pokoknya baca aja deh, dijamin gak nyesel. Tapi asal lo tau aja, gue benci banget endingnya. Gak terima deh pokoknya! Walaupun itu termasuk happy ending, tapi gue benci-kesel-gak suka’.

Hal lain yang membuat novel bernuansa medis yang menyoal kejiwaan penyakit bipolar dan beladiri Shorinji Kempo ini special, karena dilaunching pada momen yang tepat. Novel setebal 400 halaman itu salah satu ceritanya tentang perempuan yang terkena penyakit bipolar.

“Saya menulis novel ini semenjak empat bulan lalu. Enggak tahu kok tepat sekarang ini sedang hangat dibicarakan tentang bipolar yang menimpa artis Marshanda, dan aktor Robin Williams hingga ia bunuh diri. Kok ya tepat juga sebentar lagi ada kejuaraan kempo. Isi dari novel ketiga saya ini juga tentang beladiri kempo,” urai Evy.

Perempuan berhijab ini mengaku, ia hanya tiga bulan belajar kempo. Namun, gerakan-gerakannya seolah menancap di dalam dirinya. “Makanya, kekaguman akan kempo ini saya tuangkan dalam tulisan. Dan, karena saya sudah mulai lupa akan gerakan-gerakannya, makanya saya libatkan guru kempo internasional agar saya tidak saya tulis,” urai Evy, didampingi suami tercinta, Barkah Tri Aji.

Berbeda dengan novel kedua dimana ia memposisikan diri sebagai perempuan (Kika), pada novel ketiga, ia menceritakan tokoh sentral seorang pria bernama Widhi. Tokoh Widhi juga ada pada novel ke dua. Demi menjiwai tokoh Widhi ini, ia sampai harus ‘menjadi laki-laki’. “Saya jadi suka ngopi. Memakai parfum laki-laki, dan memakai hem cowok, celana jeans. Bahkan, cara berjalan saya juga laksana cowok,” tuturnya.

Ibu dari Annisa putri Prasajamantiaji, Ashila Putri Disamantiaji dan Pasha Pahlevi Sesamantiaji ini tak pernah membayangkan bagaimana novel ini akhirnya selesai. Ia sempat meminta masukan dari actor Andy Arsyil hingga harus merubah isi novelnya atas masukan Andi. Namun ia yakin akan hasil akhir yang bagus dari karyanya itu.

“Makanya saya semangat meski untuk nyari percetakan waktu saya hanya dua hari. Saya sampai tergopoh-gopoh karena Perkemi meminta covernya diubah. Anak saya dalam keadaan sakit saya minta membuat cover lagi. Alhamdulillah, berkat bantuan dari banyak pihak mulai dari teman sejawat saya ada dokter jiwa, dokter bedah, kenshi, dan pihak-pihak lain, akhirnya novel ini selesai,” urainya terharu.

Mengapa ia sampai melibatkan banyak orang-orang ahli dalam proses penulisan novelnya, karena ia tidak ingin ada yang salah dalam memberikan keterangan dan ilmu bagi pembaca. Disana ada adegan berdarah-darah, adegan kempo, adegan operasi, hingga adegan sakit jiwa bipolar.

“Saya tidak hanya ingin bercerita. Saya ingin ada ilmu yang diambil pembaca saya. Ada tebaran ilmu bidang medis kedokteran, khususnya penyakit bipolar maupun filisofi dan waza shoriji kempo disana. Jadi selain pembaca terhibur, juga mendapatkan pengetahuan,” pungkas staf pengajar sekaligus staf medik fungsional ilmu kesehatan kulit dan kelamin di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSU Dr. Soetomo.