PSBKI Obsesi Jadikan Surabaya Kota Remo

PSBKI Obsesi Jadikan Surabaya Kota Remo latihan menari remo. foto: a zulfa/bangsaonline

Kelas pemula usia 5-10 tahun, kelas madya usia SMP, dan kelas utama usia SMA hingga Perguruan Tinggi. Latihan digelar tiap hari Minggu pukul 10.00. “Minimal, kelas utama harus bisa dasarnya. Tari Remo dan Tari Tradisional daerah lain,” ujar dia.

Londo memaparkan organisasi yang dipimpinnya sudah dilegalkan sejak 2,5 tahun lalu sebagai organisasi kemasyarakatan bergerak di bidang seni. PSBKI termasuk cabang dari Induk Organisasi Barisan Benang Merah, yang juga berada di kampung ilmu.

“Untuk menampung anak-anak Surabaya yang punya bakat, jika di sanggar mereka harus bayar, kalau PSBKI gratis,” tukas Londo.

Nani, warga asli Surabaya yang mengantar anaknya, Regina, untuk belajar menari, berharap anaknya dapat menguasai semua jenis tari usai belajar di PSBKI. “Keluar dari sini, bisa semua tarian Jawa,” ujar Nani.

Keberadaan PSBKI ini, tak lepas dari ‘campur tangan’ Pemerintah Kota yang memberikan fasilitas dan sarana latihan.“Saya berterima kasih kepada Pak Wisnu, Wakil Wali Kota Surabaya dan Dinas Pariwisata yang sudah memberikan apresiasi,” kata Londo.

Hampir semua perlombaan yang diikuti oleh anak-anak PSBKI semuanya mendapat juara. “Sudah terlalu sering, tanggal 14 Januari nanti, sejumlah 14 anak akan mengikuti Festival Tari Egol di Darmo Trade Center (DTC). Bahkan, murid dari PSBKI juga dilibatkan menyambut kedatangan Presiden Jokowi saat ke Surabaya, dengan menampilkan tari topeng,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Belajar dari Kisah Nabi Isa, Warga di Sumenep Doa Bersama Tiup Kepala Kambing':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO