​Survei Terbaru Nielsen: 83% Publik Lebih Suka Baca Koran, Terpercaya, dan Headline Menarik

​Survei Terbaru Nielsen: 83% Publik Lebih Suka Baca Koran, Terpercaya, dan Headline Menarik Menpora Imam Nahrawi membaca koran HARIAN BANGSA saat acara jalan sehat Surabaya Berjalan yang digelar HARIAN BANGSA dan bangsaonline.com di parkir timur Delta Plasa Surabaya. Tampak Menpora didampingi Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana dan Direktur HARIAN BANGSA dan bangsaonline.com M Mas'ud Adnan.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - AC Nielsen melansir hasil survei terbaru tentang tren pembaca sekaligus kecenderungan pemasang iklan. Bertempat di kantor Nielsen, Mayapada Tower, Jakarta, Hellen Katherina, Executive Director Media Business Nielsen Indonesia, mengungkapkan bahwa saat ini cetak (koran, majalah, tabloid) dibaca oleh 4,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 83% membaca koran.

Alasan utama para pembaca masih memilih koran karena nilai beritanya yang dapat dipercaya. "Sebanyak 56 persen memilih koran karena unsur trusted news," ungkap Hellen Katherina, Rabu (6/12).

Alasan terbesar kedua yang membuat koran masih tetap dibaca yakni karena headline yang menarik. Survei Nielsen itu sendiri dilakukan secara tatap muka dengan 17.000 responden di 11 kota di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Yogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin. Riset dilakukan sejak kuartal keempat 2016 hingga kuartal ketiga 2017.

Elemen trust terhadap konten tentu berpengaruh terhadap iklan yang ada di dalamnya. Sehingga keberadaan koran sebagai beriklan sangat penting untuk produk yang mengutamakan unsur trust. Misalnya produk perbankan dan asuransi.

“Jika dilihat dari profil pembaca, cetak di Indonesia cenderung dikonsumsi oleh konsumen dari rentang usia 20-49 tahun (74%), memilki pekerjaan sebagai karyawan (32%) dan mayoritas pembacanya berasal dari kelas atas (54%). Ini menunjukkan bahwa pembaca cetak masih produktif dan dari kalangan yang mapan. Pembaca cetak juga merupakan pembuat keputusan dalam rumah tangga untuk membeli sebuah produk (36%),” katanya. Membaca Buku adalah salah satu hobi dari konsumen cetak. Selain membaca, mereka juga lebih cenderung menyukai Traveling. Tiga dari empat pembaca cetak mengakui tidak keberatan saat melihat iklan karena iklan adalah salah satu cara untuk mengetahui produk baru.

Menurut dia, dengan semakin berkembangnya teknologi, pembaca cetak juga menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari.

"Tingginya frekuensi penggunaan internet di antara pembaca cetak yang mencapai 86%, yaitu di atas rata-rata yang sebesar 61% semakin memperkuat fakta bahwa pembaca cetak berasal dari kalangan yang lebih affluent. Sebanyak 65% pembaca cetak mengakses internet melalui Smartphone dan menghabiskan waktu dengan Internet hampir 3 jam setiap harinya."

Ia menjelaskan, konten muatan lokal masih menarik perhatian para pembaca di beberapa kota di Indonesia, baik yang dibaca melalui cetak ataupun yang diakses di online.

”Dari 6 kota di Jawa yang disurvei Nielsen, hanya Surabaya Greater yang pembaca cetaknya jauh di atas pembaca online. Begitu juga di semua kota di luar Jawa yang disurvei, pembaca cetak juga masih dominan,“ ungka Hellen Katherina yang kali ini pemaparan surveinya bertema ”The Moment of Truth for Print Media in Order to Grow ”.

Ia mengungkapkan, dilihat dari sisi iklan meskipun jumlah pendapatan belanja iklan turun 11 persen dari tahun 2013 ke tahun 2017, namun total pendapatan iklan koran yang masih tetap berada di angka Rp 21 Triliun. “Ini adalah gambaran bahwa cetak masih memiliki peluang mendapatkan kue iklan yang signifikan,” katanya.

Bahkan, menurut dia, jika dibandingkan porsi belanja iklan di cetak dan televisi, kategori hotel dan restoran masih banyak beriklan di cetak dengan share 97 persen, lalu kategori kesehatan dan pengobatan serta kategori toko/toko spesialis masing-masing memiliki share iklan yang tinggi di cetak dengan 95%, disusul kategori Institusi Pendidikan Formal (89%).

Sementara share iklan di cetak untuk Kategori Multivitamin dan Suplemen adalah 18 persen, dan Kategori Perangkat dan Layanan Komunikasi masih di angka 12%.

“Artinya pelaku cetak masih memiliki peluang untuk memikat pengiklan dari kedua kategori ini,” tegasnya.

Mengutip pendapat ketua Serikat Penerbit Suratkabar Dahlan Iskan, Hellen Katherina juga mengamini bahwa koran tidak akan mati, hanya saja jumlahnya akan menurun. Di mana setiap kota, paling tidak akan ada maksimal 2 atau 3 koran terbesar yang sehat secara bisnis.

”Kalau tidak salah, istilahnya Pak Dahlan, koran nanti tetap akan seperti gadis cantik dan seksi. Dia akan tetap menarik, meski jumlahnya hanya ada 2 atau 3 di setiap kota”.

Hasil survey terbaru Nielsen ini menunjukkan bahwa kini bakal tetap eksis ke depan. Bahkan kepercayaan publik terhadap koran sangat tinggi dibanding lainnya. Padahal tahun-tahun sebelumnya hasil survey Nielsen menunjukkan bahwa pembaca makin menurun. Sebaliknya pembaca internet justeru naik.

Pada tahun 2009 misalnya, hasil survei Nielsen menunjukkan bahwa angka pembaca koran semakin menurun secara signifikan, dari perolehan 28 persen pada kuartal pertama tahun 2005 menjadi hanya 19 persen pada kuartal kedua tahun 2009.

Penurunan yang sama juga terjadi pada cetak lainnya, yakni majalah dan tabloid. Pada kuartal kedua tahun 2009, perolehan tabloid hanya mencapai 13 persen. Sementara itu, majalah memperoleh 12 persen. Angka ini menurun jauh dibandingkan perolehan pada kuartal pertama 2005, majalah dan tabloid sama-sama memperoleh 20 persen dari total populasi. (tim)

Lihat juga video 'Hanya Gara-Gara Ngebut, Mobil Diteriaki Maling di Jakarta':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO