Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (6): Sejarah Stibada Masjid Sunan Ampel

Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (6): Sejarah Stibada Masjid Sunan Ampel Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menyerahkan dokumen kepada Gus Azmi disaksikan oleh Habib Luthfi bin Yahya serta KH Sholeh Qosim (kiai sepuh), saat meresmikan berdirinya Stibada MASA. foto: istimewa

TIDAKLAH berlebihan jika pujian disematkan terhadap Masjid Agung Sunan Ampel (MASA) Surabaya dalam perjuangannya mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Berbagai penolakan serta janji-janji yang tidak kunjung nyata mewarnai proses berdirinya lembaga pendidikan yang berada di lingkungan Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya ini.

Sejak orde baru berkuasa hingga datangnya masa reformasi yang disebut-sebut sebagai era kebebasan dari belenggu orde baru pun masih belum bisa menemukan titik terang terkait pendirian sekolah di Masjid Ampel ini.

“Setelah puluhan tahun LPBA MASA eksis dan berhasil mencetak para alumni yang sukses dalam berbagai bidang, terutama bidang pengajaran bahasa arab dan dakwah serta dorongan dari para ulama, umara dan para pecinta Sunan Ampel maka pada tahun 2017 resmi berdiri Sekolah Tinggi Bahasa Arab dan Dakwah Masjid Agung Sunan Ampel (Stibada MASA) Surabaya,” terang Taufik Rahman, Pengurus Stibada MASA.

Stibada MASA baru saja diresmikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, bersamaan dengan Haul Sunan Ampel ke- 568, Sabtu (13/5) lalu. Pendaftaran untuk menjadi mahasiswa Stibada MASA sudah dibuka mulai awal Mei hingga akhir Juli 2017.

“Hingga saat ini, sudah ada sembilan calon mahasisiwa yang sudah mendaftar. Untuk pemberian gelar sama seperti sekolah tinggi yang lain, mahasiswa-mahasiswi yang lulus Stibada MASA ini juga berhak menyandang gelar sarjana strata 1 (S1),” tutur pria yang juga mengurusi LPBA MASA ini.

Berdirinya lembaga pendidikan bahasa arab Masjid Agung Sunan Ampel (MASA) tidak terlepas dari perjuangan Almaghfurlah KH Nawawi Muhammad, Ta’mir Masjid Ampel tahun 1970. Ulama yang akrab disapa Kiai Nawawi itu memiliki cita-cita salah satunya adalah mengembangkan model perjuangan Sunan Ampel bukan dalam bentuk pendidikan informal.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO