Bantu Pemerintah Kurangi Pupuk Subsidi, PG Gencar Perkenalkan NPK Phonska Plus kepada Petani

Bantu Pemerintah Kurangi Pupuk Subsidi, PG Gencar Perkenalkan NPK Phonska Plus kepada Petani Tanam Bersama (dari kiri) Kapolrestabes Kota Semarang Kombes Pol Abiyoso Seno Aji, Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Dirut PG Nugroho Christijanto, Komisaris PG Mahmud Nurwi. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

Nugroho lebih jauh menjelaskan, bahwa pengawalan lengkap ini telah diterapkan di berbagai daerah dan terbukti berhasil meningkatkan produktivitas padi. Oleh karena itu, PG mendukung upaya Dinas Pertanian Kota Semarang untuk mempertahankan dan mengoptimalkan lahan sawahnya melalui kawalan teknologi PG.

“Dan yang terpenting adalah bagaimana pengawalan ini dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian dan pendapatan petani, khususnya di Kota Semarang,” jelasnya.

Pada kesempatan itu Dirut PG Nugroho Christijanto juga memberikan bantuan benih cabai besar produksi PG, yaitu Petro Chili, kepada Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

Petro Chili merupakan benih varietas baru (KLG 13 dan KLG 18) yang diluncurkan pada tahun 2013. Benih hasil penelitian Pusat Riset PG ini telah melewati serangkaian uji coba di sejumlah daerah dengan dataran rendah hingga tinggi, seperti di Gresik, Kediri, dan Malang. “Hasilnya, Petro Chili mampu menghasilkan sekitar 15-18 ton per hektar atau lebih tinggi dari kebiasaan petani setempat, yaitu sebesar 12-15 ton per hektar,” ujarnya.

Benih cabai Petro Chili memiliki sejumlah kelebihan, yaitu tahan terhadap penyakit (trip, antraknose, sleim), ukuran buah memenuhi standar mutu SNI, bobot lebih berat, lebih pedas, tidak mudah busuk (daya tahan 8-10 hari penyimpanan pada suhu kamar), serta lebih adaptif terhadap musim hujan (KLG 13) dan musim kemarau (KLG 18).

Berdasarkan data International Fertilizer Association (IFA), sebesar 50 persen kondisi lahan pertanian dunia mengalami defisiensi unsur hara mikro Zink (Zn). Indonesia termasuk wilayah dengan defisiensi terparah di dunia.

Menjawab kondisi tersebut, PG meluncurkan pupuk non-subsidi NPK Phonska Plus sejak akhir tahun 2016.

NPK Phonska Plus mengandung unsur hara makro lengkap seperti Nitrogen (N), Fosfor (P2O5), dan Kalium (K2O) dengan kadar masing-masing 15 persen. Selain itu juga terdapat unsur hara mikro Sulfur (S) 9 persen dan Zink sebesar 2.000 part per million (ppm). Penambahan Zink inilah yang membedakan NPK Phonska Plus dengan NPK Phonska bersubsidi biasa.

Zink bermanfaat dalam memaksimalkan penyerapan unsur hara makro N, P, dan K. Zink juga mendukung pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji / buah, dan memperkuat daya tahan tanaman terhadap hama / penyakit. Kekurangan Zink berdampak pada kekerdilan tanaman, daun mengecil, ketegaran tanaman berkurang, serta ukuran bulir / buah kecil.

NPK Phonska Plus telah diuji coba pada 772 lahan demonstration plot (demplot) di 95 kabupaten (8 provinsi) selama 2015 - 2016. Demplot ini membandingkan aplikasi pupuk NPK Phonska Plus dengan pemupukan kebiasaan petani setempat.

Demplot menggunakan formulasi pemupukan 5:3:2, yaitu 500 kg pupuk organik Petroganik, 300 kg NPK Phonska Plus, dan 200 kg Urea untuk per hektar sawah.

Dari demplot ini didapatkan rata - rata peningkatan panen sebesar 0,85 ton gabah kering panen per hektar atau naik 12 persen jika dibanding hasil aplikasi pemupukan petani setempat.

Selain dari hasil demplot tersebut, PG sangat optimis dengan kehadiran NPK Phonska Plus. Pertama, karena besarnya potensi pasar pupuk jenis NPK di Indonesia dengan rata - rata pertumbuhan kebutuhan 6,53 persen per tahun.

Kedua, dalam dua tahun terakhir (2015 - 2016), alokasi pupuk NPK bersubsidi hanya sebesar 2,5 juta ton.

Sementara itu, kebutuhan pupuk NPK untuk sektor pangan, hortikultura, dan perkebunan rakyat mencapai 6,6 juta ton per tahun (data Asosiasi Perusahaan Pupuk Indonesia). Adanya selisih atau gap inilah yang dimanfaatkan oleh PG dengan menyediakan NPK Phonska Plus. (hud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO