Ketua Komisi II Wongso Negoro bersama anggota saat sidak di SPAM BGS , di Desa Sidomukti, Bungah. FOTO: ist.
Meski Perumda Giri Tirta baru ambil 500 LPS dari BGS, namun menurut Wongso, sudah mendatkan keuntungan dari penjualan air ke pelanggan.
"Perumda sudah dapat untung meski jatah dari BGS 1.000 LPS baru bisa diserap 500 LPS," tegasnya.
Kondisi serupa tambah Wongso, juga terjadi dalam kerja sama Perumda Giri Tirta dengan Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jawa Timur dari SPAM Umbulan, Pasuruan. Dalam kerja sama ini, Perumda Giri Tirta diberikan jatah 1.000 LPS. Namun, baru mampu memanfaatkan 500 LPS.
"Perumda Giri Tirta tak mampu ambil jatah 1.000 LPS karena tetkendala infrastruktur antara lain jaringan pipa distribusi ke pelanggan dan pembangunan jaringan pipa baru. Karena itu, Perumda Gita Tirta kena denda harus bayar 800 LPS, sehingga Perumda Giri Tirta mengalami kerugian," beber Wongso.
Ia menambahkan, manajemen Perumda Giri Tirta terkendala pembiayaan untuk memperluas jaringan pipa untuk memenuhi permintaan masyarakat yang jumlahmya masih ratusan ribu yang harus dilayani.
"Perumda Giri Tirta butuh pembiyayaan hingga Rp 200 miliar, sementara dananya tidak ada. Karena itu, kami minta kerja sama dengan pihak ketiga dengan model BOT harus dilakukan," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II, Mohamad menyampaikan, komisinya bersama manajemen Perumda Giri Tirta baru-baru datang ke SPAM BGS.
"Kedatangan kami untuk menjalankan fungsi pengawasan menindaklanjuti kerugian Perumda Giri Tirta akibat belum optimalnya penyerapan air baku SPAM BGS sesuai perjanjian," ujarnya.
Disampaikan mantan Direktur Utama PDAM Gresik ini, bahwa kondisi perjanjian kerja sama Perumda Giri Tirta dengan SPAM BGS sama dengan perjanjian Perumda Giri Tirta dengan Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jawa Timur terkait pengelolaan SPAM Umbulan dalam permanfaatan air.
